Ketua PWNU Jakarta Sebut Resolusi Jihad Cara Mbah Hasyim Gunakan Kaidah Agama untuk Kemerdekaan
Rabu, 23 Oktober 2024 | 08:00 WIB

Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Maarif alam Istighatsah dalam rangka memperingati Hari Santri 2024 di Lantai 2 Kantor PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya, Jakarta Timur, Selasa (22/10/2024). (Foto: NU Online Jakarta)
Krisna Bagus Sajiwo
Kontributor
Jakarta, NU Online Jakarta
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif menyebutkan bahwa Resolusi Jihad adalah cara Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari mampu menggunakan kaidah agama untuk kepentingan kebangsaan dalam mempertahankan kemerdekaan Indoensia. Untuk itu, melalui peristiwa tersebut, KH Hasyim Asy’ari mewariskan 2 hal kepada warga NU yaitu tanggung jawab keagamaan dan tanggung jawab kebangsaan.
Hal tersebut disampaikan Kiai Samsul dalam Istighatsah dalam rangka memperingati Hari Santri 2024 di Lantai 2 Kantor PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya, Jakarta Timur, Selasa (22/10/2024).
“Perjuangan mempertahankan kemerdekaan tapi menggunakan dalil-dalil agama. Mbah Hasyim itu ahli hadits, biasanya ahli hadits ini cenderung tekstual tapi dalam hal ini Mbah Hasyim itu ada pikiran-pikiran yang sangat genuine yaitu meng-qiyaskan hal-hal keagamaan yang berkaitan dengan ibadah dengan hal-hal yang terkait dengan sosial dan politik.,” tuturnya.
Kiai Samsul memaparkan hal serupa pernah dilakukan oleh KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa terkait larangan untuk menunaikan ibadah haji saat itu. Hal itu dilakukan untuk memecah simpatik masyarakat terhadap Belanda kala itu memfasilitasi haji sehingga masyarakat tidak terpengaruh dengan strategi Belanda untuk terlihat baik di mata masyarakat Indonesia.
“Orang dibuat supaya tertarik menganggap kalau Belanda itu mendukung orang Islam. Mbah Hasyim memberikan fatwa haram. Awalnya diprotes oleh kiai-kiai tapi setelah dijelaskan ini adalah strategi Belanda supaya orang dukung Belanda dan tidak percaya lagi kepada kiai,” paparnya.
Lebih lanjut, Kiai Samsul membagi santri menjadi 2 jenis, yaitu Santri Hakiki dan Santri Maknawi. Santri Hakiki adalah santri yang menempuh pendidikan di Pesantren yang dididik oleh kiai dan adanya pengajian kitab kuning. Kemudian, santri maknawi adalah santri yang tidak menempuh pendidikan di pesantren tetapi berkhidmah kepada NU.
“Siapa yang berkhidmah kepada NU baik yang jadi pengurus maupun yang tidak jadi pengurus yang penting Khidmah. Orang-orang yang berkhidmah kepada NU walaupun tidak pernah nyantri di pondok ini masuk dalam kategori santri maknawi,” katanya.
Kiai Samsul mengatakan peringatan Hari Santri tidak lepas dari peritiwa Resolusi Jihad yang diserukan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serbuan penjajah yang kembali datang ke Indonesia.
Dalam konteks hari ini, ia mengajak pengurus dan warga NU untuk menerapkan nilai resolusi jihad untuk menyukseskan pilkada Jakarta 2024.
“Siapa yang melakukan resolusi jihad untuk pilkada (yaitu) orang yang berusaha supaya pilkada ini berkualitas dan bermartabat,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Hasil Demo Ojol 2025: Komisi V DPR akan Gelar Rapat Bersama Kemenhub dan Aplikator
2
MWCNU Kramat Jati Teken Prasasti dan Resmikan Makam Syekh Jafar Jati
3
Warga Temukan Makam Kramat Syekh Jafar: Asal Muasal Nama Kramat Jati?
4
Ini 5 Tuntutan Ojol dalam Demo Besar-besaran 20 Mei 2025
5
Berita Duka: Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief Wafat
6
Pengesahan Makam Syeikh Jafar Jati, Kiai Munif Ingatkan Perbanyak Doa Dalam Keadaan Sulit
Terkini
Lihat Semua