Jakarta Raya

Ketua PWNU Jakarta Tekankan Pentingnya Transformasi Kemasjidan untuk Hadapi Tantangan Zaman

Ahad, 8 September 2024 | 11:00 WIB

Ketua PWNU Jakarta Tekankan Pentingnya Transformasi Kemasjidan untuk Hadapi Tantangan Zaman

Ketua PWNU DKI Jakarta saat memberikan sambutan di Pelatihan Manajemen Transformasi Kemasjidan LTM PBNU di Aula Kantor BPKH, Muamalat Tower, Jakarta Selatan, Sabtu (7/9/2024). (Foto: NU Online Jakarta/Nyimas Zulfa Lisamia)

Jakarta Selatan, NU Online Jakarta

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif menekankan pentingnya transformasi manajemen kemasjidan yang baik untuk menghadapi tantangan zaman modern. Sebab menurutnya, masjid memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial di tengah masyarakat.


Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Silaturahim Nasional dan Pelatihan Manajemen Transformasi Kemasjidan yang diselenggarakan oleh Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) di Aula Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Muamalat Tower, Jakarta Selatan, Sabtu (7/9/2024).


“Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan, sosial, dan ekonomi umat. Oleh karena itu, manajemen masjid harus adaptif dan inovatif untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” ujar Kiai Samsul.


Oleh karena itu, Kiai Samsul menuturkan untuk melakukan transformasi manajemen masjid, para pengurus LTMNU perlu ditingkatkan kapasitasnya agar mampu memakmurkan masjid dengan optimal, salah satunya dengan gencar melakukan kegiatan.


“Kita harus serius bagaimana mengelola secara optimal, baik di Jakarta atau yang wilayah lainnya. Kita harus memakmurkan masjid dengan mengisi kegiatan. Sekarang masjid-masjid kita banyak yang dikuasai oleh mereka (pihak lain)," tegasnya.


Kiai Samsul juga mengajak pengurus LTMNU untuk melakukan evaluasi diri untuk memperbaiki niat dan khidmah terhadap NU dan memberikan manfaat kepada masyarakat serta melayani umat melalui masjid. Masjid harus menjadi sentra dalam menebarkan Islam Rahmatan lil alamin.


"Kita evaluasi karena kita kurang merawat. Sebenarnya kesalahan ada di kita, Saya berharap kita di NU berkhidmah,” ujarnya.


Kiai Samsul menyatakan bahwa siapa pun yang berkhidmat mengurus NU bisa dianggap sebagai santri. Ia pun mengutip petuah muasis NU Hadratussyaikh Hasyim Asyari yang berbunyi “Barangsiapa yang mau mengurus NU akan aku anggap sebagai santriku. Siapa yang menjadi santriku akan kudoakan husnul khatimah beserta anak-cucunya.”


"Barang siapa yang khidmah ngurusin NU, saya anggap santri saya. Sekalipun tidak pernah nyantri, itu karena khidmat," pungkas Alumi Pesantren Tebuireng itu.