Kiai Taufik Sebut Tasawuf Puncak Akal Manusia, Bukan Ilmu Sederhana
Ahad, 29 Juni 2025 | 18:40 WIB

Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas mengisi kegiatan Sekolah Nahdliyin Pergerakan (Sniper) di Gedung PWNU DKI Jakarta, Sabtu (28/6/2025). (NU Online Jakarta/Arif).
Sintia Nur Afifah
Penulis
Jakarta Timur, NU Online Jakarta
Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas membantah anggapan bahwa ilmu tasawuf merupakan ilmu yang sederhana.Â
Menurutnya, tasawuf adalah puncak dari akal manusia yang dicapai setelah proses intelektual yang mendalam.
"Hanya orang yang mau sederhana memahami ilmu tasawuf," ujar Kiai Taufik dalam kegiatan Sekolah Nahdliyin Pergerakan (Sniper) yang diselenggarakan PWNU DKI Jakarta di gedung PWNU DKI Jakarta, Sabtu (28/6/2025).
Baca Juga
Makna Perceraian dalam Tasawuf
Dia menjelaskan bahwa Allah mengatur alam raya dengan sistem yang sangat sempurna. Kiai Taufik menyampaikan pandangan tentang keteraturan penciptaan alam.
"Saking teraturnya alam raya ini diciptakan oleh Tuhan. Seandainya ada dua partikel yang bertabrakan, maka dunianya akan berubah," ujarnya.
Dari keteraturan alam tersebut, dia menyebutkan manusia mengeksplorasi dan melahirkan dua model ilmu pengetahuan yaitu ilmu pasti (hard science) dan ilmu sosial (soft science).
"Melahirkan matematika, teknologi, ilmiah, fisika, biologi, dan lain sebagainya," jelasnya Kiai Taufik menjelaskan ilmu hard science.
Sementara soft science menurutnya melahirkan ilmu-ilmu humaniora. "Melahirkan ilmu-ilmu humaniora, psikologi, antropologi, dan lain sebagainya," katanya.
Kiai Taufik kemudian menjelaskan bahwa tasawuf bukan ilmu sederhana. Ilmu tasawuf sendiri merupakan puncak dari akal manusia.Â
"Ketika manusia itu sudah berpikir keras melalui pendekatan filosofis maka kemudian akan bertemu dengan apa yang kita kenal dengan ilmu filsafat tasawuf atau tasawuf yang filosofis," tegas Kiai Taufik.
Dia mencontohkan Imam Ghazali yang menguasai berbagai disiplin ilmu dan mencapai titik jenuh dalam eksplorasi intelektualnya.Â
Kiai Taufik menyebutkan bahwa pencerahan Imam Ghazali kemudian dituliskan dalam kitab Al-Munqidz min al-Dhalal
"Al-Munqidz min al-Dhalal itu artinya penyelamat dari kesesatan," ujarnya.
Dia menekankan pentingnya kerendahan hati dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan tidak merasa sudah memahami suatu bidang hanya karena mengikuti materi tertentu.
"Jangan karena ikut dalam materi antariksa, seolah-olah sudah paham antariksa," kata Kiai Taufik.
Terpopuler
1
MK Putuskan Pemilu Nasional dan Daerah Diselenggarakan Terpisah Mulai 2029
2
Mahfud MD Ungkap Paradoks Indonesia: Negara Kaya Rakyat Miskin
3
Mahfud MD: Kalau Hukum Ingin Bagus, Politiknya Harus Bagus
4
Masalah Struktural ODOL: Cerminan Buruknya Sistem Logistik Nasional
5
Kiai Taufik Sebut Tasawuf Puncak Akal Manusia, Bukan Ilmu Sederhana
6
Peringati Hari Keluarga Nasional, LKKNU Jakarta dan YPKI Gelar Sosialisasi Kanker
Terkini
Lihat Semua