• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 28 April 2024

Jakarta Raya

Rais Syuriyah PWNU Jakarta Sampaikan Urgensi Sanad Keilmuan pada Halal Bihalal Jatman DKI

Rais Syuriyah PWNU Jakarta Sampaikan Urgensi Sanad Keilmuan pada Halal Bihalal Jatman DKI
KH Muhyidin Ishaq saat memberikan tausiyah di Halal Bihalal dan Doa Bersama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Ma’had Zawiyah Ar-Raudhah, Jalan Tebet Barat VIII, Jakarta Selatan, Sabtu (20/5/2023). (Foto: Istimewa).
KH Muhyidin Ishaq saat memberikan tausiyah di Halal Bihalal dan Doa Bersama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Ma’had Zawiyah Ar-Raudhah, Jalan Tebet Barat VIII, Jakarta Selatan, Sabtu (20/5/2023). (Foto: Istimewa).

Jakarta Selatan, NU Online Jakarta

Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Muhyidin Ishaq menyampaikan betapa pentingnya sanad keilmuan. Apalagi dalam berthariqah (tarekat), menurut Kiai Muhyidin seseorang yang menjalani thariqah harus memiliki sanad dan mursyid (pembimbing) yang jelas.


"Apapun thariqah-nya itu mengajak orang untuk menata hati dalam rangka ber-taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), macam-macam aurad-nya (bacaan wirid) tergantung ijazahnya, yang sulit kalau baca wirid tanpa ijazah, tanpa sanad, tanpa mursyid, kalau gitu apa namanya? setan kira-kira ya," terangnya saat tausiyah di Halal Bihalal dan Doa Bersama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Muktabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Ma’had Zawiyah Ar-Raudhah, Jalan Tebet Barat VIII, Jakarta Selatan, Sabtu (20/5/2023). 


Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum itu mengatakan bahwa bacaan wirid dalam thariqah yang dikarang sendiri tanpa sanad keilmuan merupakan kesalahan yang fatal.


"Jadi banyak orang yang begitu sekarang, dia ciptain wirid sendiri, dia ciptakan bacaan-bacaan sendiri tanpa ada sanad keilmuan dan sanad wiridnya, ini gak bener ini," jelasnya.


Kiai Muhyidin menerangkan dalam tradisi NU, seluruh keilmuan harus memakai sanad yang jelas yaitu bersambung secara baik sampai ke Rasulullah.


"Tradisi di NU itu semua keilmuan harus pakai sanad, seperti hadis musalsal (periwayatan hadits dari masa Nabi kepada para perawi) misalnya yang bersambung dari Rasulullah," terangnya.


Lebih dalam, Kiai Muhyidin menjelaskan bahwa thariqah hanya ada di NU, selain itu orang-orang yang sering mengamalkan bacaan wirid itu banyak dipraktikan oleh warga NU. Sehingga Kiai Muhyidin menyebut berbagai macam thariqah walaupun tidak ber-NU, sebetulnya mereka NU secara kultural.


"Dan tradisi thariqah ini hanya ada di NU, yang senang wiridan hanya orang NU, ketika seseorang ikut thariqah Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Tijaniyah, dan Syadziliah itu pasti NU. Meskipun dia tidak pernah mengakui orang NU, tapi itu kultural NU, maka senang sekali saya kalau thariqah-thariqah ini hidup di Jakarta," harapnya. 


Lebih jauh, Kiai Muhyidin berpesan berbagai thariqah harus tetap diamalkan. Baginya thariqah merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.


"Thariqah adalah suatu kaifiyah (cara) yang diambil dari kata thariq yang artinya jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang didalamnya terdapat ijazah, mursyid dan sanad yang bersambung sampai kepada Rasulullah," pungkasnya.


Acara Halal Bihalal tersebut dihadiri oleh Rais Syuriah PWNU DKI Jakarta KH Muhyidin Ishaq, Rois Idarah Wustho JATMAN DKI Jakarta KH Hamdan Rasyid, Mudir Idarah Wustha JATMAN DKI Jakarta KH Muhammad Danial Nafis, Ketua Majelis Ifta Idarah Wustho JATMAN DKI KH Muhammad Yunus Abdul Hamid At Tijani, Khodim dan murid dari Musnidul 'Ashr Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani ra KH. Ahmad Marwazie Al-Batawie Al-Makky, Dirjen Perikanan Tangkap KKP Muhammad Zaini, Waka Bintal Kodam Jaya Letnan Kolonel (LetKol) Cece Kurnia, serta pengurus Idarah Syu'biah JATMAN se-DKI Jakarta. 


Kontributor: As'ad Syamsul Abidin
Editor: Haekal Attar


Jakarta Raya Terbaru