Tingkatkan Kualitas Kader, Kopri PMII Unusia Gelar Sekolah Islam Gender
Senin, 29 Juli 2024 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online Jakarta
Kopri Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Pusat telah mengelar kaderisasi formal Sekolah Islam Gender (SIG) di Pesantren Pasulukan Al Masykuriyah Condet, Jakarta Timur, Jumat-Ahad (26-28/7/2024). Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kader Kopri PMII Unusia dalam pengetahuan gender.
Kegiatan SIG yang berlangsung selama tiga hari itu dibuka dengan Dialog Publik bertajuk "Empowerment Perempuan dalam Transformasi Budaya" dihadiri oleh pengurus Kopri PMII, alumni, panitia dan peserta SIG dilaksanakan di kampus Unusia Jakarta pada Jumat, (26/7/2024).
Ketua Panitia SIG Chut Dea Agusti menuturkan kegiatan SIG diikuti peserta yang berjumlah 28 itu terdiri dari 15 perempuan dan 13 laki-laki. Para peserta kemudian mendapatkan berbagai materi selama mengikuti kegiatan tersebut. Di antaranya; materi Gender I, Citra Diri Kopri, Al Quran Hadist Prespektif Gender, Fiqh Perempuan, Keorganisasian, Hukum Islam di Indonesia dan Konsep Dasar Islam.
“Dengan para pemateri yang cukup beragam di antaranya; akademisi, praktisi dan aktivis,” katanya.
Selain itu, Ayya, sapaan akrabnya, selama kegiatan SIG juga diselingi dengan Focus Grup Discussion (FGD) yang dipandu oleh para panitia dengan menugaskan satu mentor sebagai pendamping peserta. Sesi FGD ini para peserta diminta untuk mengkaji ulang pemateri yang sudah didapat diikuti studi kasus sesuai materi yang lagi dibahas.
“Para peserta saling mengajukan pendapat atau berdebat ketika saling menanggapi. Sesi ini terlihat menjadi paling seru dikarenakan keaktifan para peserta terlihat sangat kompak. Setiap kelompok sebelumnya saling mempresentasikan hasil kajiannya lalu diberi kesempatan peserta lain untuk menanggapi,” terangnya.
Ayya mengaku, usai menggelar kegiatan SIG itu, pihaknya berencana untuk melaksanakan kegiatan Sekolah Feminisme sebagai kegiatan lanjutan. Menurutnya, isu feminisme merupakan hal yang bertolak belakang dari gender dan jarang sekali orang tertarik mempelajari hal itu.
“Untuk kegiatan setelah SIG ini, saya berencana untuk membuat kegiatan Sekolah Feminisme. Menariknya adalah pembahasan feminisme sangat bertolak belakang dengan gender. Dimana masih jarang sekali orang yang memahami dan mengerti tentang feminisme itu sendiri,” ujarnya, setelah penutupan kegiatan SIG itu.
Sementara itu, Dosen Pascasarjana Unusia Amin Mudzakkir mengungkapkan bahwa Islam datang membawa kesetaraan kepada antar sesama umat manusia. Hal yang paling mendasar dari ajaran Islam adalah mengajarkan umatnya untuk saling peduli, menghargai dan menghormati menjadi modal dasar dalam ajaran agama yang harus ditaati.
Selain itu, Amin juga mengajak kepada semua peserta untuk membaca buku sebanyak mungkin sebagai modal dasar dalam memahami gender dan feminisme. Di antara buku yang disarankan adalah karya tulisnya sendiri yaitu buku Feminisme Kritis; Gender dan Kapitalisme dalam Pemikiran Nancy Fraser, dan buku Kosmopolitanisme Seyla Benhabib.
“Dengan adanya diskusi dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu gender dalam konteks Islam di Indonesia,” pungkasnya.
Kontributor : Ginar Iqro Lil Alamin
Editor: Khoirul Rizqy At-Tamami
Terpopuler
1
Begini Alasan Arab Saudi Tunda Skema Tanazul Haji
2
Soal Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
3
PWNU Jakarta Tekankan Budaya Betawi untuk Pemberdayaan Masyarakat
4
Jelang Idul Adha, Pedagang Keluhkan Penurunan Penjualan Hewan Kurban
5
Pemerintah Batalkan Subsidi Listrik, Fokus Bantuan Upah Pekerja
6
IPNU Jakut Teguhkan Kaderisasi Berbasis Lokal dan Kebangsaan
Terkini
Lihat Semua