• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Khutbah Jumat: Makna, Filosofi dan Amalan Penting Bulan Sya'ban

Khutbah Jumat: Makna, Filosofi dan Amalan Penting Bulan Sya'ban
Ilustrasi dua orang muslim yang sedang beribadah. (Foto: NU Online).
Ilustrasi dua orang muslim yang sedang beribadah. (Foto: NU Online).

الحمد لله, الحمد لله الَّذِي جعل شهر رمضان شهرا مباركا, كتب فيه الصيام  وأنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان. أشهد أن لا اله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد. فيا أيها الحاضرون اتقوا الله أوصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. قال الله تعالى  في كتابه الكريم: يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 


Hadirin Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah 

Sekarang ini kita berada pada hari Jumat, 23 Februari 2024 atau 13 Sya'ban 1445 H. Orang Jawa menyebut Sya'ban dengan "Bulan Ruah" dari bahasa Arab Arwah, bentuk plural dari Ruh. Maksudnya, di bulan Sya'ban, umat Islam membersihkan ruh untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan membaca istighfar, shalawat, melakukan puasa sunnah beberapa hari, dan amalan lainnya. Asal makna Sya'ban; kumpul, di mana dulu ketika berada di bulan Sya'ban, orang Arab mengumpulkan senjata, kuda, onta, dan lainnya untuk siap-siap perang.


Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah

Banyak amalan atau ibadah penting selama bulan Sya'ban ini. Bahkan banyak umat Islam yang mengabaikan atau melupakan amalan tersebut. Rasulullah SAW bersabda,


حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


Artinya: Usamah bin Zaid berkata, aku bertanya kepada Rasulullah, “Saya tidak pernah melihat baginda Rasulullah melakukan puasa di bulan-bulan lain sebanyak puasa di bulan Sya’ban”.  Nabi saw menjawab,  "Bulan Sya’ban adalah bulan yang (kemuliaannya) dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan". Bulan Sya’ban adalah bulan di mana amal manusia dilaporkan ke hadirat Allah. Saya pingin, ketika amalku dilaporkan, saya dalam keadaan puasa.


Ulama menyebut, bulan Sya'ban merupakan waktu yang pas untuk puasa sunnah sebagai pemanasan sebelum melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan nanti, berdasarkan hadits sbb.:


Diriwayatkan Aisyah RA berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan  dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya'ban.” (HR. al-Bukhari no. 1833).


Dari riwayat hadits di atas diketahui, Nabi Muhammad SAW melaksanakan puasa di bulan Sya’ban hampir satu bulan penuh, bahkan  sampai tanggal 27 atau 28 Sya'ban.  Dalam riwayat lain yang bersumber dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasul bersabda, 


سنن أبي داود - (ج 6 / ص 265) عنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقَدِّمُوا الشَّهْرَ بِصِيَامِ يَوْمٍ وَلَا َوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ شَيْءٌ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ


Artinya: "Janganlah kalian mendahului puasa Ramadhan satu hari atau dua hari, kecuali puasa yang biasa dilakukan seseorang (misalnya: qadha puasa Ramadlan), silahkan ia melakukan puasa tersebut”.


Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah 
    

Secara khusus, para ulama mengingatkan, di bulan sya’ban ini hendaknya umat Islam melakukan: 


1. Bersih-bersih diri, dengan:

a. Memperbanyak Istighfar (mohon ampunan) kepada Allah swt.. Rasulullah Muhammad saw, manusia suci yang sempurna saja, sehari semalam membaca istighfar tidak kurang 70 kali, berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah, sbb.: 


صحيح البخاري - (ج 19 / ص)  قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّة


b. Memperbanyak bacaan shalawat kepada Nabi saw. Menurut ulama, ayat perintah bershalawat kepada Nabi saw,  diturunkan di bulan Sya’ban. Di bulan Sya’ban  ini, hendaknya umat Islam memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah untuk bershalawat kepada baginda Rasulullah Muhammad saw  ini dinyatakan dalam Surat al-Ahzab/33:56, sbb.:


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


Artinya: "Sungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi saw. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."


Dalam kitab, al-Gunyah, jilid ke-3 karya Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, disebutkan, bulan Sya'ban merupakan bulan untuk menghaturkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.


c. Membayar hutang  kepada Allah  (Nadzar, Kafarat, Qadla’ Puasa), dll.


Bagi umat Islam Mukallaf (Aqil Baligh) merasa punya hutang kepada Allah, misalnya Ramadhan tahun lalu beberapa hari tidak puasa karena kedatangan menstruasi atau nifas, atau sengaja membatalkan puasa bukan karena ada udzur syar’i, di bulan Sya’ban ini merupakan saat yang tepat untuk mengqadla puasa Ramadhan. Apabila teledor, puasa Ramadhan tahun lalu tidak diqadla sebelum datangnya puasa Ramadhan tahun ini, dan baru diqadla setelah melewati  bulan ramadlan tahun ini, orang tersebut hutangnya double, selain wajib qadla, juga wajib membayar 1 paket Fidyah sebesar 1 Mud makanan pokok yang biasa dikonsumsi sehari-hari sebanyak hari-hari yang dulu ditinggalkan  tidak puasa. Diriwayatkan Abu Salamah bin Abdurrahman, Aisyah ra berkata:


عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ إِنْ كَانَ لَيَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ حَتَّى يَأْتِيَ شَعْبَان


Artinya: "Sesungguhnya aku berkewajiban melakukan qadla puasa Ramadan dan aku tidak mampu melakukannya hingga datang bulan Sya'ban". 


d. Meminta maaf kepada sesama dan membayar atau melunasi hutang-hutangnya.


e. Ziarah kubur dengan menjaga etika ziarah (niat yang benar ketika ziarah, mendoakan mayit (bukan minta kepada mayit), tidak mengurangi hak si mayit (mencabut tanaman atau rumput di atas pusaranya, dll.).


2. Bersihkan  lingkungan (Masjid/Mushalla, dll)

Kegiatan membersihkan lingkungan masjid dimaksudkan agar masjid-masjid menjadi rumah ibadah yang nyaman (setidaknya selama bulan Ramadhan). Kegiatan bersih masjid ini dimulai dari menyapu lantai, mengepel,  sampai membersihkan kamar mandi dan tempat wudhu, dan menyiapkan petugas khusus sesuai protokol kesehatan yang berlaku.


3. Memahami ilmu yang berhubungan dengan puasa (syarat, rukun, sunnah, dan perkara yang membatalkan puasa). 


Mengapa harus memahami ilmu puasa? Ibadah itu diterima Allah kalau (‘aliman, (tahu ilmunya) ‘amidan (disengaja), dan mukhtaran (inisiatif sendiri; tidak terpaksa atau dipaksa). Ingat, kalau tidak berbekal ilmu lalu membatalkan Puasa  (Ifthar), akibatnya dihadapkan satu dari 4  hal: 


1) Tetap imsak sampai tenggelamnya matahari dan wajib Qadla’.

2) Qadla dan Fidyah bagi wanita hamil dan menyusui, misalnya: sengaja tidak puasa di bulan Ramadhan khawatir terhadap kesehtan anak dan janin yang dikandung. 

3) Kafarat yaitu denda berat akibat bersetubuh di siang hari Ramadhan.


Berdasarkan hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim tentang lelaki yang mengaku telah melakukan pelanggaran ini. Rasulullah lalu mengurutkan tiga sanksi untuk menjadi kaffarah (penebus), yaitu: (1) pembebasan budak, (2) puasa dua bulan berturut-turut, dan (3) memberi makan enam puluh orang miskin. Tiga kaffarah itu tidak dapat dipilih begitu saja, tetapi berlaku urut. Jika karena sebab yang dibenarkan syariat hukuman ini tidak mungkin dilakukan, baru dapat ditempuh sanksi terakhir berupa pemberian paket kepada 60 fakir miskin, masing-masing 1 mud (kurang lebih 6 ons) bahan makanan pokok. 


4) Membayar Fidyah untuk orang tua, pekerja berat, orang-orang yang sakit menahun (tidak ada harapan sembuh).


4. Menunggu datangnya awal Ramadhan dan 1 Syawal dengan mentaati ketetapan Pemerintah


Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah    


Secara teoritis, prosedur penetapan awal Ramadhan dan hari Raya. Secara teoritis, prosedur penetapan awal Ramadhan dan hari Raya itu bermuara pada tiga paradigma metodologis, yaitu; 1. Prosedur penentuan awal Ramadhan dan hari Raya cukup menggunakan rukyat, 2. Penentuan awal Ramadhan dan hari Raya cukup dengan Hisab Astronomi; dan 3. Penentuan awal Ramadhan dan hari Raya berdasarkan rukyat yang didukung hisab Astronomi, dan hisab Astronomi yang didukung rukyat. Nampaknya tiga paradigma metodologis di atas dijumpai di Indonesia dan negara tetangga. Buktinya, 1. Rukyat dikonsumsi NU dan Brunei Darussalam, 2. Hisab Astronomi dipakai Muhammadiyah, Persis, dan Singapura; 3. Perpaduan rukyat dan hisab Astronomi digunakan di Malaysia, MUI, dan Kementerian Agama. 


Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah

Sekali lagi, sebagai umat Islam yang tinggal di NKRI dan ada Ulil Amri yang sudah mengatur terkait pelaksanaan Ramadhan, Idul  Fitri, dan awal Dzul Hijjah, wajib patuh terhadap semua keputusan pemerintah, demi terlaksananya ibadah dengan khusyu’ sesuai ketentuan agama, selain untuk menjaga kebersamaan, serta  menghindari perbedaan dan polemik yang  tidak perlu di tengah umat. 


Semoga  Allah SWT  memberikan kesehatan yang sempurna dan umur panjang, kepada kita, serta diberikan kekuatan lahir-batin untuk melaksanakan semua ibadah di bulan Ramadhan ini, sampai akhirnya kita semua termasuk orang-orang yang beruntung yang mendapatkan fitrah kesucian, dan kembali dipertemukan dengan bulan Ramadlan pada  tahun-tahun yang akan datang… Aamin ya rabbal alamin


بارك الله  لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
الخطبة الثانية
الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له, إرغاما لمن جحد به وكفر. وأشهد  أن محمدا عبده ورسوله, سيد الخلائق والبشر
 أيها الناس, اتقوا الله, وافعلوا الخيرات, واجتنبوا السيئات. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد, وعلى اله وصحبه أجمعين وارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
-  اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات, والمسلمين والمسلمات, الأحياء منهم والأموات, إنك قريب مجيب الدعوات. 
-  ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رءوف الرحيم. سبحان ربك رب العزة عمايصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
عباد الله, إن الله يأمر بالعدل والإحسان, وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكروالبغي, يعظكم لعلكم تذكرون. اذكروا الله العظيم يذكركم, واسئلوه من فضله يعطكم, ولذكر الله أكبر.
أقيموا الصلاة.


Penulis: Wakil Rois Syuriah PWNU DKI Jakarta, Prof KH Fuad Thohari
Editor: Haekal Attar
 


Keislaman Terbaru