• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 29 April 2024

Keislaman

RAMADHAN

Nilai-Nilai Populer Ramadhan untuk Kehidupan Bersama

Nilai-Nilai Populer Ramadhan untuk Kehidupan Bersama
Ramadhan mengajarkan tentang kedisiplinan orang-orang yang berpuasa. (Foto: NU Online Jakarta).
Ramadhan mengajarkan tentang kedisiplinan orang-orang yang berpuasa. (Foto: NU Online Jakarta).

Memasuki Ramadhan 1444 H, umat muslim sudah semestinya didorong agar terpacu dalam hidup selalu berdampingan dan saling membuka diri agar terciptanya rasa kebersamaan antar manusia, karena memberikan rasa kedamaian termasuk ciri dari orang yang beriman. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah, ayat 183;


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


“Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. (Berpuasa) agar kamu bertakwa.” 


Ayat Al-Baqarah 183 ini populer, apalagi menghadapi bulan suci Ramadhan. Namun sering kali kepopuleran ayat ini dan pelaksanaannya sering tidak populer di dalam hati kita, di dalam implementasi kepribadian kita sebagai masyarakat, tidak Populer saat diimplementasikan dalam kehidupan bersama. Mudah-mudahan di Ramadhan 1444 H ini kita  mempopulerkan pada diri lalu kita mempopulerkan di dalam pelaksanaannya di masyarakat.


Oleh karena itu, di momentum Ramadhan ini, kita mempertegas kembali untuk mempopulerkan 5 hal penting untuk kehidupan bersama, yang mudah-mudahan kita bisa implementasikan di masyarakat baik saat bulan Ramadhan maupun 11 bulan ke depan pasca Ramadhan.


Pertama, Ramadhan Mengajarkan Kedisiplinan.


Bayangkan, orang yang berpuasa itu tidak bisa bersahur secara suka-suka, karena ada waktu imsak, begitu pula saat dia berbuka puasa, ada waktunya. Oleh karena itu sesungguhnya, Ramadhan mengajarkan tentang kedisiplinan orang-orang yang berpuasa. 


Maka penting bagi setiap kita untuk membiasakan disiplin dalam menjalani kehidupan. Karena disiplin pada dasarnya adalah pangkal prestasi.


Kedua, Berpuasa Mengajarkan Tenggang Rasa


Berpuasa itu merasakan bagaimana perihnya perut kita saat kita tidak makan seharian, menahan minum bahkan menahan kenikmatan lain yang sesungguhnya itu halal tapi kita menahannya. Misalnya kita melihat ada orang-orang di sekeliling kita harus berpuasa bukan karena dia berpuasa. Tapi karena dia tidak punya uang dan tidak punya makanan. 


Oleh karena itu puasa mengajarkan kita untuk menumbuhkan sifat tenggang rasa. Tenggang rasa tidak harus kita temui atau kita rasakan hanya pada bulan Ramadhan. Tetapi hari ini, besok dan seterusnya. Tenggang rasa tidak hanya relevan dengan soal perut. Misalnya, jika tetangga kita atau orang-orang yang ada di sekitar kita hidup miskin, maka cukuplah untuk tidak menghambur-hamburkan kekayaan. Tahanlah untuk memperlihatkan apa yang kita miliki kepada orang yang tidak memiliki.


Ketiga, Puasa Mengajarkan Berkolaborasi.

Saat puasa, kita melihat banyak elemen masyarakat yang berbagi takjil, berbagi santapan buka puasa kepada orang lain. Puasa juga diakhiri dengan kewajiban zakat fitrah. Intinya, dalam puasa kita diajarkan untuk berbagi. 


Berbagi ini adalah istilah lain dari berkolaborasi. Berbagi harta dari yang punya kepada yang tidak punya, berkolaborasi makanan dari yang berlebihan kepada yang berkekurangan. 


Betapa indah bukan? Masyarakat yang berkolaborasi dan berbagi dan tidak indah bagi masyarakat menahan untuk dirinya, egonya dan mengabaikan saudara-saudaranya yang lain. 


Oleh karena itu berbagi tidak harus kita lakukan di bulan puasa, tetapi berbagi kita harus lakukan hari ini, besok dan seterusnya. Tidak harus berbagi materi, bahkan kita senyum saja merupakan bagian dari sedekah. Selain itu, mendo’akan saudara-saudara kita yang musibah juga termasuk dalam arti berbagi dan berkolaborasi.


Keempat, Puasa Mengajarkan untuk Berkarya


Puasa mengajarkan kita untuk berkarya dengan luar biasa, yaitu di momentum malam 1000 bulan atau Lailatul Qadr. Lailatul Qadr itu ibadah 1000 bulan yang memiliki pesan untuk membangun prestasi, membangun pemaknaan hidup yang didasari oleh prestasi, mempertinggi kualitas ibadah kepada Allah, menjadi musta’minnya para perias muka bumi dengan ibadah 1000 bulan.


1000 bulan sama dengan 83 tahun, namun bukan berarti kita beribadah setara 83 tahun, kita tidak meneruskan untuk ibadah kembali. Tetapi adalah bagaimana kita membuat suatu karya yang bermakna 83 tahun itu. Satu karya bermakna dan bermanfaat selama 83 tahun.


Kelima, Shalat Idul Fitri dan Bermaaf-maafan dengan Sesama

 

Setelah kita berpuasa kita melaksanakan shalat idulfitri dan kita meihat orang gembira saling bermaaf-maafan. Ini mengajarkan kepada kita tentang begitu bahagianya kita memaafkan, begitu tenangnya hati saat kita dimaafkan. Saling berangkulan dengan penuh kebahagiaan.


Oleh karena itu, tidakkah kebahagiaan itu harus kita tahan nanti menjelang idulfitri? Mari kita lakukan sekarang, kita maafkan. Dalam satu kisah ada si fulan yang disebutkan Rasulullah dan dia mendapatkan satu derajat yang cukup tinggi dan sahabat Nabi penasaran siapakah Fulan itu? 


Ternyata si Fulan itu adalah orang yang setelah shalat isya, sebelum tidur dia memaafkan semua orang yang mungkin tidak berkenan pada dirinya, menzaliminya, dan karena itu demikian dia bergitu bermakna di hadapan Rasulullah, di hadapan Allah.


Maka pelajaran yang terpenting puasa di bulan Ramadhan adalah memaafkan.


Dr H Robi Nurhadi, Sekretaris Lakpesdam PWNU DKI Jakarta


Keislaman Terbaru