• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 6 Mei 2024

Literatur

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Syekh Junaid Al-Batawi, Sosok Ulama Indonesia yang Berpengaruh Besar di Mekkah Al-Mukarramah

Syekh Junaid Al-Batawi, Sosok Ulama Indonesia yang Berpengaruh Besar di Mekkah Al-Mukarramah
Syekh Junaid Al-Batawi
Syekh Junaid Al-Batawi

Syekh Junaid Al- Batawi adalah seorang ulama besar Indonesia dari suku Betawi yang sangat berpengaruh dan terkenal di Tanah Suci Makkah. Dia merupakan ulama pertama Indonesia yang diberi kesempatan untuk menjadi Imam di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah. Sungguh menakjubkan, betapa banyak ilmunya dan betapa beruntungnya ulama besar tanah air kita Indonesia. Mari kita bahas di tulisan ini kehidupan beliau hingga sampai ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram pertama asal Indonesia sampai wafatnya.


Kehidupan Syekh 


Junaid Al-Batawi Syekh Junaid Al-Batawi adalah sosok ulama asal suku Betawi kelahiran Pekojan, Jakarta Barat. Ia dikenal dan dihormati karena ilmunya dan imam besar serta guru di Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah.


Syekh Junaid Al-Batawi dipandang sebagai Syaikhul Masyaikh (guru dari para guru) dari para mubaligh madzab Syafi`i dari berbagai penjuru dunia, terutama Nusantara Indonesia. Oleh karena itu, nama Betawi menjadi terkenal di Tanah Suci berkat gelarnya sebagai ulama besar di Makkah.beliau juga ulama yang terkenal dengan dunia Islam sunni dan madzhab Syafi`I sepanjang abad ke 18 dan 19.


Alwi Shahab dalan Robinhood Betawi ia menerangkan bahwa kisah Betawi tempo Doeloe (2001) menjadi masyhur pada abad ke 19, Ketika ia menetap dan mengajar di Makkah sejak usia 25 tahun Bersama keluarganya.


Menurut Ridwan Saidi ia menjelaskan bahwa Syekh Junaid Al-Batawi bermukim di Makkah Al-Mukarramah selama enam tahun. selain selain ulama yang kita ketahui yaitu Syekh Imam Nawawi dan Syekh Ahmad Al Mingkabawi yang pernah menjadi imam di masjidl Haram. Sebekum keduanya menjadi imam di masdjidil haram Syekh Junaid Al Batawi lebih dulu menjadi imam di sana sebagai orang pertama asal Indonesia yang menjadi imam di Masjidil Haram Al Mukarrammah.


Beliau memiliki dua anak putra dan dua anak putri. Salah satu puterinya menikah dengan Abdullah Al-Misri dan yang satunya menikah dengan muridnya yang berasal dari suku Betawi yaitu Syekh Mujitaba bin Ahmad al-Betawi. Dan dua putranya Syekh Junaid As’ad dan Arsyad, meneruskan ayahnya sebagai pengajar di masjidil haram


Di puncak karirnya, beliau cukup memliki banyak murid-muridnya yang menjadi tokoh ulama besar diantaranya Syekh An-Nawawi al-Bantani dan Syekh Ahmad Khatib al-Minagkabawi mereka merupakan ulama-ulama yang kharismatik


Ada pula diantara muridnya yang lain, yaitu Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, seorang imam, khatib dan guru besar di Masjid al-Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 serta pengarang banyak kitab.


Perjalanan beliau sedikit banyak yang terungkap dari catatan sejarah yang dikemukan oleh Snouck Hurgronje, ia merupakan seorang orientalis terkemuka Belanda saat ia menyusup ke Makkah sehingga ia menulis dan dibukukan dengan judul Mecca in the latter part of 19th Century yang dimana ia menjelaskan bahwa Syekh Junaid bermukim di Makkah selama 60 tahun, tepatnya sejak 1834.


Nasab dan Tahun kewafatan 


Alwi Shahab, seorang budayawan Betawi, pernah menulis sebuah karya yang menjelaskan tahun wafat Syekh Junaid pada usianya yang ke 100 tahun di tanah suci Makkah Al-Mukarramah. Namun pendapat lain mengatakan sangat meragukan analisis tersebut, dikarenakan pada tahun 1894-1895, Ketika seoarang orientalis yang Bernama Snouck Hrgronje berhasil menyusup ke Makkah, diketahui bahwa Syekh Junaid masih hidup dalam usianya yang lanjut.


Dapat disimpulan bahwa sejarah silsilah yang telah di teliti dan dianalisa oleh beberapa orang, Syekh Junai al-Betawi masih keturunan darah biru. Secara silsilah lengkap ialah Syekh Junaid bin Imam Damiri bin Imam Habib bin Raden Abdul Muhit bin Pangeran Cakrajaya Nitikusuma (Adiningrat IV) bin Raden Aria jipang (Sayid Husein) bin Raden Bagus Surawiyata (Sayid Ali) bin Raden Fattah (Sayid Hasan), pendiri Kesultanan Demak.


Artikel di atas merupakan karya dari Muhammad Sabililllah, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online. 


Literatur Terbaru