Literatur

Pendekatan Sistem dan Kontingensi Manajemen dalam Perspektif Islam (2): Penguatan Nilai Agama

Ahad, 10 November 2024 | 15:00 WIB

Pendekatan Sistem dan Kontingensi Manajemen dalam Perspektif Islam (2): Penguatan Nilai Agama

Ilustrasi manajemen. (Foto: Freepik)

Nilai-nilai Islam memberikan kerangka etis dan moral yang kuat yang dapat memperkuat kedua pendekatan manajemen, yaitu pendekatan sistem dan kontingensi. 


Berikut adalah beberapa cara di mana nilai-nilai Islam berkontribusi terhadap efektivitas masing-masing pendekatan:


a. Keadilan dan Kesetaraan


Nilai keadilan dalam Islam merupakan pilar penting dalam manajemen. Dalam pendekatan sistem, keadilan mendorong manajer untuk menciptakan struktur dan proses yang adil bagi seluruh anggota organisasi. 


Dengan menerapkan prinsip ini, setiap individu merasa dihargai dan memiliki peran penting dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah An-Nisa (4:58):


۞ اِنَّ اللّٰهَ يَاۡمُرُكُمۡ اَنۡ تُؤَدُّوا الۡاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهۡلِهَا ۙ وَاِذَا حَكَمۡتُمۡ بَيۡنَ النَّاسِ اَنۡ تَحۡكُمُوۡا بِالۡعَدۡلِ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمۡ بِهٖ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيۡعًۢا بَصِيۡرًا‏ ٥٨


Artinya:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, maka hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa [4]: 58).


Keadilan ini tidak hanya menciptakan kerjasama yang efektif, tetapi juga meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan. 


Dalam konteks pendekatan kontingensi, prinsip keadilan membantu manajer untuk mempertimbangkan faktor sosial dan budaya dalam pengambilan keputusan, sehingga kebijakan yang diambil lebih relevan dan diterima oleh semua pihak.


b. Tanggung Jawab (Amanah)


Konsep amanah dalam Islam mengharuskan manajer untuk bertanggung jawab terhadap semua tindakan dan keputusan yang diambil. 
 

Dalam pendekatan sistem, hal ini mendorong manajer untuk menyadari dampak keputusan mereka terhadap seluruh elemen organisasi dan lingkungan. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur'an, yaitu:


۞ اِنَّ اللّٰهَ يَاۡمُرُكُمۡ اَنۡ تُؤَدُّوا الۡاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهۡلِهَا


"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak..." (QS. An-Nisa [4]: 58).


Tanggung jawab ini juga penting dalam pendekatan kontingensi, di mana manajer harus menyesuaikan strategi berdasarkan situasi yang ada. Dengan memahami tanggung jawab sosial dan lingkungan, manajer dapat membuat keputusan yang lebih etis dan berkelanjutan.


c. Musyawarah (Syura)


Prinsip musyawarah (syura) sangat penting dalam Islam dan memiliki dampak signifikan dalam manajemen. Dalam pendekatan sistem, musyawarah mendorong partisipasi aktif dari semua anggota organisasi, menciptakan rasa memiliki dan meningkatkan komitmen terhadap tujuan bersama. 
 

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


وَاَمۡرُهُمۡ شُوۡرٰى بَيۡنَهُمۡ


Artinya:
"Dan urusan mereka diselesaikan dengan musyawarah antara mereka..." (QS. Asy-Syura [42]: 38).


Dalam pendekatan kontingensi, musyawarah memungkinkan manajer untuk mendapatkan wawasan dari berbagai perspektif, sehingga keputusan yang diambil lebih bijaksana dan tepat sasaran. Ini juga meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan.


d. Etika dan Moralitas


Nilai etika dalam Islam sangat ditekankan dan menjadi landasan dalam pengambilan keputusan manajerial. Dalam pendekatan sistem, kejujuran dan integritas membantu menciptakan struktur yang transparan dan akuntabel. 


Rasulullah SAW bersabda, "Setiap amal itu tergantung pada niatnya..." (HR. Bukhari dan Muslim). 


Prinsip ini mendorong manajer untuk bertindak etis dan memastikan bahwa semua keputusan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak.


Dalam pendekatan kontingensi, nilai etika membantu manajer tetap fokus pada integritas saat beradaptasi dengan situasi yang berubah, memastikan bahwa tindakan mereka tidak merugikan orang lain dan menjaga reputasi organisasi.


e. Pengembangan Berkelanjutan


Dalam Islam, pendidikan dan pengembangan diri sangat dihargai. Manajemen yang efektif harus mencakup program pengembangan berkelanjutan bagi karyawan. 


Dalam pendekatan sistem, pengembangan ini menciptakan lingkungan belajar yang mendorong inovasi dan peningkatan. 


Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim" (HR. Ibn Majah). 


Dalam pendekatan kontingensi, organisasi yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia akan lebih mampu beradaptasi dengan perubahan. 


Karyawan yang terlatih dan berpengetahuan luas dapat merespons tantangan dengan lebih baik dan memanfaatkan peluang yang ada.


Achmad, Mahasiswa Doktoral Universitas PTIQ Jakarta