Literatur

Malala, Kartini Kecil Dari Lembah Swat Pakistan

Selasa, 18 Februari 2025 | 15:01 WIB

Malala, Kartini Kecil Dari Lembah Swat Pakistan

I'm Malala (Gadis Kecil ditembus Peluru demi Sekolah) (Foto: NU Online Jakarta/Wiwit Musaadah.

Malala Yousafzai lahir di Lembah Swat, Pakistan pada 12 Juli 1997. Anak perempuan yang berjuang dan memiliki keberanian lewat tulisan-tulisannya.
 

Usianya masih sangat belia kala itu tahun 2009, saat Taliban mengambil alih keputusan-keputusan yang ada di negaranya, Pakistan. Mereka (Taliban) banyak memberikan aturan yang bias gender, seperti anak perempuan dilarang masuk sekolah, anak perempuan dilarang pergi ke pasar, dan anak perempuan diperbolehkan sekolah tetapi tidak boleh memakai warna baju yang mencolok (warna terang).
 

Kartini pernah berkata, pergilah berbuatlah sesuatu untuk mewujudkan cita-cita mu. Lakukan sesuatu untuk kebahagiaan ribuan orang yang tertindas oleh hukum yang kejam. Begitu juga dengan Malala, ia bak kartini kecil yang memberontak dan melakukan perlawanan atas Taliban yang enggan memberikan kebebasan bagi setiap orang.
 

Saat usianya masih balasan tahun, Malala menjadi aktivis pendidikan anak perempuan. Bahkan, ia menyatakan dirinya sebagai seorang aktivis pembela hak-hak perempuan.
 

Malala menuangkan pemikirannya dalam blog BBC yang berbahasa Urdu. Tulisannya berbentuk diary, pengalaman sehari-hari. Dia menulis bagaimana Taliban sangat berpengaruh dan berkuasa di tempat tinggalnya Mingora, Lembah Swat,  Pakistan; sebuah daerah yang diambil alih (Taliban) sejak tahun 2007 (saat itu 2009, sudah 2 tahun).
 

Mulai Januari 2009, Taliban mulai menutup sekolah-sekolah dan melarang perempuan bersekolah, bagi mereka (Taliban) perempuan bersekolah merupakan simbol dari kebudayaan Barat yang harus dihentikan.
 

Dengan keberaniaannya, Malala menulis. Ia memperjuangkan hak perempuan Pakistan untuk bersekolah kembali. Ia menentang represi Taliban terhadap kaum perempuan. Dalam pemikirannya pendidikan adalah hak bagi setiap orang. Maka hanya bermodal keyakinan dan dukungan dari ayahnya, Malala menolak dibungkam.
 

Malala bagaikan kartini kecil yang ada di Indonesia beberapa dekade silam. Saat anak-anak perempuan di Indonesia belum mendapatkan hak yang sama, ia bersuara dengan lantang.
 

Tindakan Malala semakin hari semakin pantang menyerah, hal tersebut membuat Taliban geram dengan sepak terjangnya. Tengah hari pada Selasa, 9 Oktober 2012 Malala ditembak dalam bus sekolah oleh kelompok Taliban. Dua peluru mengendap di tubuh yang mungilnya, satu di kepala satu lagi di tenggorokan. Kondisinya sangat kritis. Ia terjatuh dan terkapar, dua temannya juga ikut menjadi korban atas kebrutalan kelompok Taliban.
 

Malala diterbangkan ke Inggris untuk mendapatkan fasilitas rumah sakit yang lebih baik. Setelah melewati 48 jam setelah operasi pihak RS Queen Elizabeth mengabarkan bahwa kondisi Malala sudah stabil.
 

Dukungan semesta terhadap pemulihan Malala terus hidup, pun termasuk warga Pakistan juga mengalirkan dukungan dengan mengirimkan ribuan hadiah, kartu, buku, uang dan CD lagu populer.
 

Kelompok pejuang Islam Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) menyatakan bertanggung jawab atas penembakan terhadap Malala. Mereka mengeluarkan pernyataan bahwa tindakan mereka tersebut berlandaskan Syariah Islam. Juru bicara Taliban, Ehsanullah Ehsan, menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
 

"Kami tidak berupaya untuk membunuh Malala karena keinginannya untuk memajukan hak wanita dalam bidang pendidikan. Kami berupaya untuk membunuh Malala karena sifatnya yang melawan mujahidin dan perangnya," ujar Ehsanullah.
 

"Di dalam Al-Qur'an dinyatakan siapa yang menentang Islam harus dibunuh, sekalinya pun dia seorang anak. Dia adalah gadis pro-Barat. Dia berbicara menentang pejuang Islam dan menyebut Presiden Obama idolanya. Malala adalah simbol dari orang-orang kafir dan kecabulan," Imbuhnya.
 

Rakyat Pakistan bereaksi keras terhadap penembakan ini. Mereka menganggap Malala sebagai lambang hak pendidikan bagi anak perempuan. Rakyat Pakistan begitu menghargai Malala dan ini menjadi catatan apresiatif pemerintah Pakistan.


Malala pernah meraih penghargaan Perdamaian Anak Nasional yang kemudian dikenal dengan Penghargaan Perdamaian Malala Nasional. Saat ini, berbagai aktivis masyarakat sipil Pakistan meminta agar setiap tanggal 9 Oktober, hari di mana Malala ditembak, dijadikan Hari Pendidikan bagi Anak Perempuan Nasional.
 

Identitas Buku:
Judul Buku: I'm Malala (Gadis Kecil ditembus Peluru demi Sekolah)
Tebal: 121 Halaman
Penerbit: Kata Media
Penulis: Nur Ihsan
ISBN: 978-979-1478-56-4
Presensi: Wiwit Musaadah, Reporter NU Online Jakarta saat ini tengah menempuh Program Studi Magister Kajian Wilayah Timur Tengah di Universitas Indonesia.