• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 28 Maret 2024

Nasional

Detik-detik Jelang Wafat KH Abdul Wahab Chasbullah

Detik-detik Jelang Wafat KH Abdul Wahab Chasbullah
KH Wahab Chasbullah (Mbah Wahab), (Foto: NU Online Jakarta).
KH Wahab Chasbullah (Mbah Wahab), (Foto: NU Online Jakarta).

Jakarta Utara, NU Online Jakarta 

Gus Syaifuddin yaitu salah seorang keturunan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Chasbullah (Mbah Wahab), bercerita tentang suasana detik-detik menjelang wafatnya Mbah Wahab sebelum  Muktamar ke-25 NU tahun 1971 di Surabaya.


“Mbah Wahab ketika masa kritis saat akan meninggal, mengumpulkan para santrinya untuk berdoa bersama, bahkan keluarganya telah menyiapkan tanah untuk beliau dimakamkan,” katanya saat menjadi tamu undangan saat Lailatul Ijtima' di Kantor Majelis Wakil Cabang (MWC) NU, jalan Gorontalo, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Senin (02/01/2023) malam.


Kabar kondisi Mbah Wahab tersebut dengan cepat tersebar di kalangan keluarga besar, salah satunya KH Bisri Syansuri (Mbah Bisri) yang merupakan adik iparnya (Istri Mbah Bisri, Nyai Hj Nur Khodijah adik Mbah Wahab) yang sama-sama pendiri NU. Kemudian, Mbah Bisri bergegas menjenguknya dan menyampaikan pesan kepada kakak iparnya tersebut yang saat itu menjabat Rais Syuriyah PBNU.


"Kiai jangan wafat dulu, karena kiai masih punya hutang. Sebentar lagi akan muktamar dan kiai harus menyampaikan pertanggungjawaban’,” kata Gus Syaifuddin menggambarkan pertemuan kedua tokoh pendiri NU tersebut.


Setelah percakapan itu, Mbah Wahab berdoa untuk kesembuhan dirinya agar dapat menuntaskan hutangnya di NU dan bernegosisasi dengan Allah melalui malaikat Izrail agar ditunda tersebih dahulu kewafatannya sehingga kesehatan Mbah Wahab kembali sehat.

 

"Mungkin itu merupakan tanda kewalian Mbah Wahab,” terangnya saat mengisahkan.


Dengan kondisinya yang semakin membaik, Mbah Wahab menghadiri Muktamar ke-25 NU dan menyampaikan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) di hadapan muktamirin (peserta muktamar) ketika itu. Dengan demikian, hutang Mbah Wahab telah dibayar lunas.


“Beliau kemudian mengikuti Muktamar, membacakan LPJ dan diterima, bahkan para kiai masih memintanya kembali menjadi Rais Syuriyah,” jelas Gus Syaifuddin yang sedang menjabat Ketua PCNU Jakarta Pusat.


Beberapa waktu setelah menghadiri Muktamar tersebut, Mbah Wahab berpulang ke rahmatullah. Ketika itu, Muktamar belum lama usai dan muktamirin belum sampai di kediamannya.


“Bahkan sampai menjelang wafatnya, betapa NU itu penting di mata Mbah Wahab,” terangnya.


KH Abdul Wahab Chasbullah adalah seorang ulama inisiator dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU). Mbah Wahab lahir di Jombang pada tanggal 31 Maret 1888 dan wafat pada tanggal 29 Desember 1971.


Lebih lanjut, Gus Syaifuddin mengajak pengurus NU meneladani sang kakek dalam perjuangannya mengurus dan mencintai NU sampai akhir hayat persis seperti Mbah Wahab.


“Kenapa sih kita penting berorganisasi di Nahdlatul Ulama? dari sini kita bisa belajar dari Mbah Wahab mencintai NU, bahkan sampai akhir hayatnya,” tutupnya


Pewarta: Herly Ramadhani
Editor: Haekal Attar


Nasional Terbaru