Nasional

Ketika Mahasiswa Gen Z Pilih Jadi Driver Ojol untuk Meraih Kemandirian Finansial

Sabtu, 19 Juli 2025 | 17:40 WIB

Ketika Mahasiswa Gen Z Pilih Jadi Driver Ojol untuk Meraih Kemandirian Finansial

Potret Mahasiswa memilih menjadi pengemudi ojek online (ojol). (Foto: Arya)

Jakarta, NU Online Jakarta

Semangat kemandirian finansial mendorong mahasiswa generasi Z memilih profesi pengemudi ojek online (ojol) sebagai pekerjaan sampingan. Fenomena ini mencerminkan karakter generasi muda yang tidak ingin sepenuhnya bergantung pada orang tua dan berani mencari penghasilan tambahan di tengah kesibukan perkuliahan.

 

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Muhammad Faridh Akbar Sah memulai perjalanannya sebagai driver ojol sejak Mei 2024. Mahasiswa yang akrab disapa Faridh ini menjadikan profesi tersebut sebagai sumber uang jajan hariannya.

 

Faridh mengaku tidak mengalami kesulitan berarti dalam membagi waktu antara kuliah dan mengojol. 

 

"Untuk saya ngebagi waktu ngojol sama kuliah itu gampang, karena ojol kan kerjaannya fleksibel terus kalo ngatur ekonomi sih saya selalu hitung pendapatan dan pengeluaran, jadi hal itu bisa buat saya ada duit untuk nabung dan dana darurat," ujarnya kepada NU Online Jakarta, Jumat (18/7/2025).

 

Area Bendungan Hilir hingga Monas menjadi hunting ground favorit Faridh untuk mencari pesanan makanan melalui aplikasi Gojek. Rutinitas mengantar pesanan makanan pada malam hari selepas kuliah atau saat libur telah menjadi kesehariannya.

 

Cerita serupa dialami mahasiswa Trisakti Fakultas Manajemen dan Bisnis (FMB) Muhammad Alif. Alif memutuskan terjun ke dunia ojol sejak semester satu tahun 2024. Mahasiswa ini mengungkapkan motivasi ekonomi yang mendorongnya memilih profesi tersebut.

 

Alif menyatakan bahwa dirinya mengumpulkan penghasilan dari mengojol untuk keperluan pribadi dan menambah biaya kuliah. 

 

"Kalo dari ekonomi sendiri itu, biasanya saya ngumpulin duitnya buat tambahin UKT dan buat kebutuhan pribadi," katanya saat ditanya alasan menjadi ojol.

 

Fenomena mahasiswa yang berprofesi sebagai driver ojol mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Farrel memberikan pandangan positif terhadap pilihan tersebut.

 

Farrel menyatakan tidak mempermasalahkan mahasiswa yang bekerja di sela waktu luang mereka. 

 

"Tanggapan saya tidak masalah jika mereka memang ingin bekerja disela-sela waktu luang mereka karena kita tidak tahu bisa jadi mereka memang sedang membutuhkan uang, terlebih lagi jika mereka tidak diberi uang saku oleh orang tua mereka. Jadi, sah-sah saja asal tidak mengganggu perkuliahan mereka dan bisa tetap mengikuti perkuliahan dengan baik," ungkapnya.

 

Mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Alma turut memberikan apresiasi tinggi. Alma menilai mahasiswa yang menjadi ojol patut dihargai karena tidak hanya duduk di bangku kuliah mengejar nilai.

 

"Menurutku mahasiswa yang jadi ojol itu luar biasa, benar-benar layak dihargai dengan hati yang tulus. Mereka gak cuma duduk di bangku kuliah dan mengejar nilai di atas kertas, tapi juga belajar langsung dari jalanan, dari hujan, panas, kemacetan, dan wajah-wajah asing yang mereka temui setiap hari," tuturnya.

 

Driver ojol berpengalaman Taufik Hidayat yang telah bekerja di Gojek selama sembilan tahun memberikan dukungan terhadap mahasiswa yang memilih profesi serupa. Taufik menilai mahasiswa tersebut patut diacungi jempol karena tidak merepotkan orang tua dan mampu mencari uang sendiri.

 

"Baguslah, nggak nyusahin orang tua bisa nyari duit sendiri udah mandiri, tapi yang jelas kalo masih kuliah sikat-sikatin aja orderan kalo mau duit saran saya," ucapnya.

 

Alif mengungkapkan potensi penghasilan yang bisa diperoleh dari profesi ojol cukup menggiurkan bagi mahasiswa. Mahasiswa Trisakti ini menyebutkan penghasilan harian yang bisa diraih dengan rajin menarik pesanan.

 

"Penghasilan kalo tiap hari rajin narik bisa Rp200.000 lah," jawab Alif ketika ditanya soal penghasilannya.

 

Penghasilan tersebut dinilai cukup mencukupi kebutuhan sehari-hari sekaligus membantu pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mencapai Rp12.500.000 per semester.

 

Penulis: Arya Putra