Kehadiran media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas manusia sehari-hari. Kemudahan akses informasi salah satu yang ditawarkan dalam kemajuan teknologi ini, akan tetapi seseorang dituntut pula untuk bijak bermedia sosial.
Bukan menjadi hal yang asing lagi jika seseorang memiliki akun media sosial dan menggunakannya untuk berbagai keperluan, mulai dari komunikasi, pekerjaan, belajar hingga hiburan. Meski begitu, kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial harus diimbangi dengan pemahaman dan penerapan etika. Sebagai ruang interaksi, media sosial tidak terlepas dari nilai-nilai yang mengatur perilaku penggunanya.
Etika Bermedia Sosial dalam Islam
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi etika dan akhlak saat seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam konteks dunia digital, hal ini tidak dapat dilepaskan pula dari interaksi seorang muslim saat bermedia sosial.
Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia tak terkecuali etika berinteraksi. Nilai dan prinsip ini pula yang berlaku saat seorang muslim berinteraksi dan berselancar di dunia maya. Beberapa etika bermedia sosial yang diajarkan dalam Islam antara lain:
1. Menjaga Perkataan
Setiap ucapan, termasuk tulisan baik dalam bentuk foto maupun video di media sosial, haruslah baik, benar, dan bermanfaat. Islam melarang perkataan yang dapat menimbulkan kebencian atau perselisihan. Allah berfirman:
وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّا مُّبِينًا
Artinya: "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.'" (Q.S. Al-Isra: 53).
2. Tidak Menyebarkan Berita Bohong (Hoaks)
Menyebarkan informasi tanpa memeriksa kebenarannya sangat dilarang dalam Islam. Prinsip tabayyun (memastikan kebenaran) wajib diterapkan untuk menghindari fitnah atau kerugian akibat berita palsu. Berkenaan dengan ini, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (tabayyun) dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
3. Menghindari Konten Negatif
Mengunggah atau membagikan konten negatif seperti kebencian berbasis SARA, pornografi, atau kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Apabila seseorang tidak bisa melakukan hal tersebut, Rasulullah memberikan solusi untuk bersikap diam. Dalam Hadisnya disebutkan:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Literasi Digital Pondasi Bijak Bermedia Sosial
Islam mendorong bagi setiap pengikutnya untuk terus belajar. Dorongan tersebut salah satunya agar seseorang menjadi bijak dan tidak terprovokasi manakala berhadapan dengan sesuatu. Hal ini berlaku juga saat bermedia sosial. Kemampuan yang harus dimiliki seseorang selain beretika dengan baik adalah pemahaman akan literasi digital.
Perintah untuk terus belajar dan mengeksplor keilmuan termaktub dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5. Ayat ini memang tidak menyebutkan secara spesifik untuk memahami literasi digital, akan tetapi ayat di bawah ini menjadi prinsip yang harus dipegang teguh oleh setiap muslim. Allah berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq ayat 1-5)
Islam memerintahkan umatnya untuk terus belajar dan membaca sebagai bentuk pencarian ilmu. Literasi digital menjadi bagian dari ikhtiar ini, karena melalui penguasaan teknologi, kita dapat menyebarkan kebaikan, memahami informasi secara kritis, dan menjauhi diri dari perbuatan yang tercela.
Dengan memahami etika dan literasi digital, media sosial dapat menjadi ladang amal kebaikan. Islam mendorong umatnya untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah dan berbagi manfaat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad).
Pandangan Islam tentang etika bermedia sosial bertujuan membangun masyarakat yang bermoral, berpengetahuan, dan bermanfaat bagi sesama. Dengan memegang teguh nilai-nilai Islam, seseorang dapat dapat menjadikan media sosial sebagai sarana menebar kebaikan.
Wallahu'alam
Terpopuler
1
Pemilik Pesantren di Jaktim Sodomi 7 Santrinya, MWCNU Duren Sawit Siap Bantu Korban
2
Kick Off Harlah Ke-102 NU Digelar Besok di Surabaya
3
Semarak Harlah Ke-102 NU, Muslimat NU Jakarta Gelar Doa Bersama dan Pasang Bendera Serentak
4
Presiden akan Hadiri Kongres XVIII Muslimat NU di Surabaya Februari 2025
5
Kick-off Harlah Ke-102 NU, Gus Yahya: Warisan Muassis NU Perlu Dijaga Generasi Penerus
6
Harlah Ke-102 NU, LDNU Jakarta Gelar Lailatul Ijtima dan Isra Mi'raj Malam Ini
Terkini
Lihat Semua