Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari

Jakarta Raya

Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta Ungkap Kebesaran NU

Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta H Syarif, saat menjadi narasumber dalam penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pengurus MWCNU di Cipayung, Jakarta Timur. Foto: NU Online Jakarta/Haekal

Jakarta Timur, NU Online Jakarta

 

Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta H Syarif menjabarkan peranan NU melalui kebesaran-kebesaran yang dimiliki NU. Ia menyebut, NU seperti kapal induk yang besar dan di dalamnya tersedia segala sesuatu. 


Hal itu diungkapkan Syarif saat menjadi narasumber di dalam kegiatan Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se-Jakarta Timur, di Aula YPI Nurul Musthofa Al-Amin, Jalan H Nurjamil 57, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, pada Sabtu (11/6/2022). 


“Besarnya NU harus kita jawab dengan kerja nyata dalam menyelesaikan setiap tantangan dengan secara bersama,” ujar Syarif. 


Lebih lanjut, Syarif menjelaskan beberapa kekuatan besar yang berpengaruh terhadap masyarakat yakni negara, partai politik, pers, dan organisasi masyarakat. Ia menerangkan, negara ini terdiri dari legislatif, yudikatif, dan eksekutif. 


Sementara NU, menurut Syarif, telah cukup berpengalaman dan terbukti pernah menjadi partai politik lalu kembali lagi menjadi organisasi masyarakat yang bekerja sama dengan pemerintah. Dalam politik, NU ikut membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan menjadi hubungan batin, walaupun dalam pasal-pasal AD/ART tidak ada yang mendukung NU menjadi partai politik. 


“Posisi NU yang besar jauh dari sekadar partai politik. NU sebagai organisasi masyarakat memberikan pengaruh kepada empat hal yaitu negara, partai politik, pers atau media, dan organisasi masyarakat. Wakil Presiden dari NU KH Ma'ruf Amin dan banyak warga NU menjadi anggota pemerintahan di segala sektor,” jelas Syarif.


Pemberitaan media massa juga dihiasi dengan kabar-kabar mengenai NU seperti pendapat para kiai dan kebijakan organisasi, serta saran untuk kemaslahatan hidup bersama. Selain itu, Syarif menekankan, NU yang besar ini harus dirawat sebagai aset bangsa. 


“Filosofinya, NU besar seperti halnya orang besar (gemuk) yang memiliki lemak, ada lemak baik dan lemak jahat. Lemak yang baik itu digunakan sebagai tenaga tambahan untuk selalu menberikan kebaikan dan kebermanfaatan,” katanya. 


Pesan khusus untuk MWCNU Cipayung


Secara khusus, Syarif menyampaikan pesan kepada para pengurus MWCNU Cipayung dan umumnya untuk seluruh MWCNU yang ada di Jakarta. Pertama, setiap MWCNU harus melakukan pemetaan lingkungan wilayah. Kedua, mencatat permasalahan yang ada di setiap lapisan masyarakat seperti stunting, kemiskinan, dan persoalan pendidikan. Ketiga, melakukan pencatatan jumlah masjid dan mushala. 


“Pencatatatan itu menjadi dasar agar MWCNU dapat berperan aktif di masyarakat dan kegunaan pencatatan masjid agar mengetahui afiliasi dan aliran dari organisasi apa yang berpengaruh pada masjid dan mushala tersebut,” katanya. 


Menurut Syarif, kapasitas yang mumpuni bukanlah sekadar kajian teoritis belaka, tetapi juga harus dijalanan dengan tiga hal yakni membangun komitmen bersama, merapikan pengurus, membuka peta jalan.


“Jangan kau tanyakan apa yang NU berikan, tapi tanyakan kontribusi apa yang sudah saya lakukan untuk NU,” ungkap Syarif mengutip pesan KH Syukron Ma’mun. Dengan demikian, setiap pengurus NU harus menjadi solusi bukan justru menjadi biang masalah.


Selanjutnya, ia menekankan bahwa pengurus NU harus rapi dengan melaksanakan prosedur yang ada dalam AD/ART. Salah satunya mempelajari mengenai kepemimpinan NU yang bersifat terbuka, egaliter, berkontribusi, dan tidak feodal. Sementara membuka peta jalan bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam internal dan eksternal masyarakat umum. 


Pewarta: Haekal Attar
Editor: Aru Elgete
 

Haekal Attar
Editor: Aru Elgete

Artikel Terkait