Nasional

Akademisi Internasional Simak Paparan NU Online di Konferensi Humanitarian Islam

Senin, 4 November 2024 | 18:00 WIB

Akademisi Internasional Simak Paparan NU Online di Konferensi Humanitarian Islam

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hari ini memulai rangkaian Konferensi Internasional Humanitarian Islam 2024 yang akan berlangsung hingga 9 November 2024. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online Jakarta

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hari ini memulai rangkaian Konferensi Internasional Humanitarian Islam 2024 yang akan berlangsung hingga 9 November mendatang. Acara ini dihadiri oleh para akademisi dan pakar dari berbagai negara untuk merumuskan konsep nilai dan prinsip kemanusiaan Islam dalam penyelesaian konflik global.


Para tamu undangan internasional tiba di Gedung PBNU pukul 09.00 WIB. Mereka langsung disambut dan diajak mengunjungi Pojok Gus Dur di lantai dasar, yang memamerkan berbagai memorabilia dan karya-karya KH Abdurrahman Wahid. Kunjungan ini memberikan gambaran awal kepada para akademi internasional tentang salah satu tokoh penting NU yang dikenal dengan pemikiran humanismenya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Setelah itu, rombongan naik ke lantai 3 gedung PBNU, di mana mereka disambut langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Dalam sambutannya, Gus Yahya didampingi oleh KH Ulil Abshar Abdalla, Muhammad Najib Azca, dan beberapa pengurus PBNU lainnya. Pertemuan ini menjadi kesempatan bagi para tamu untuk berinteraksi langsung dengan pimpinan tertinggi organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.


Acara dilanjutkan dengan kunjungan ke lantai 5, di mana para peserta disuguhi pemutaran video tentang PBNU. Video ini memberikan gambaran komprehensif tentang sejarah, visi, misi, dan berbagai program PBNU dalam mempromosikan Islam yang moderat dan inklusif.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Direktur NU Online Hamzah Sahal memaparkan perjalanan panjang dan transformasi NU Online di depan para peserta internasional yang hadir. Dalam paparannya, Hamzah mengungkapkan bahwa NU Online, yang didirikan pada tahun 2003 saat NU dipimpin oleh KH Hasyim Muzadi, awalnya menghadapi tantangan besar. 


"NU Online berdiri di saat warga nahdliyin disebut agraris, konservatif dan sangat tertutup dan masih belum bisa membedakan mana internet dan eternit. Masih banyak kiai yang tanya di mana beli email, dan lain-lain," ujarnya dengan disambut tawa hadirin.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Hamzah menjelaskan bahwa hingga tahun 2011-2012, NU Online lebih banyak dikunjungi oleh kalangan konservatif fundamentalis dan puritan. Namun, situasi mulai berubah seiring dengan meluasnya penggunaan smartphone murah dan mudah dijangkau warga NU.


"Sejak Muktamar Jombang 2015, NU Online mulai naik, banyak wifi di kantor PCNU, PWNU dan pondok pesantren. Sejak itu pula kami bergairah. Sejak saat itu, tulisan kami dikunjungi oleh publik kita sendiri," tambahnya, dilansir dari NU Online

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Menurutnya, di antara pencapaian penting NU Online adalah mengubah persepsi publik tentang tokoh NU. 


"Salah satu indikator keberhasilan NU Online, ketika kita mengetik kata Gus Dur di Google tidak lagi 'Gus Dur kafir', 'Gus Dur liberal', tapi 'Gus Dur ulama', 'intelektual', 'Gus Dur humoris', dan sebagainya. Kami berusaha keras menciptakan itu," ungkap alumni Pesantren Krapyak, Yogyakarta ini.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Sekarang, NU Online menerima kunjungan rata-rata 17-18 juta orang per bulan. Sejak 2019, platform ini juga aktif memproduksi konten audio visual di YouTube, IG, Tiktok, Facebook. 


Perkembangan terbaru NU Online adalah peluncuran Super App pada tahun 2021. "Sejak 2021 NU Online meluncurkan super app yang sekarang sudah didownload 1,8 juta kali dan ternyata tidak hanya dipakai orang NU tapi juga didownload oleh pengikut organisasi Islam yang lain di luar NU," kata Hamzah.


Sahal menutup paparannya dengan menekankan keberagaman konten NU Online. "Kami sangat senang sekali, web NU Online tidak hanya agama, tapi kedokteran, teknologi, humor Abu Nawas dan lainnya. Pola yang diproduksi NU Online disambut oleh masyarakat. Ternyata beragama tidak selalu serius, tapi bisa rileks, bisa lebih manusiawi," pungkasnya. 
 

Baca selengkapnya di sini

ADVERTISEMENT BY ANYMIND