• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 26 April 2024

Jakarta Raya

Habib dengan Pengikut Jutaan Ini Berdakwah tanpa Rusuh

Habib dengan Pengikut Jutaan Ini Berdakwah tanpa Rusuh
Ia adalah habib yang hidupnya singkat, 40 tahun. Namun ia meninggalkan sebuah warisan luar biasa untuk kehidupan Islam rahmatan lil alamin,
Ia adalah habib yang hidupnya singkat, 40 tahun. Namun ia meninggalkan sebuah warisan luar biasa untuk kehidupan Islam rahmatan lil alamin,

Jakarta Timur, NU Online Jakarta

Peneliti Sejarah Ulama Betawi KH Rakhmad Zaelani Kiki menceritakan sosok salah satu ulama besar Betawi, Habib Munzir Al Musawa, dalam talkshow Sahur episode 14 yang diselenggarakan oleh BKN PDI Perjuangan, bertema Inspirasi Keteladanan Habib Munzir Al Musawa pada Sabtu, 16 April 2022.


Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa dikenal sebagai ulama yang kharismatik, toleran dan santun dalam penyampaian dakwahnya. Karena bahasa dakwah yang menenangkan hati pendengarnya, ia mendapat gelar Sulthanul Qulub (Sang Penguasa Sanubari). Ia juga dekat dengan para tokoh tokoh bangsa dan menjadi mercusuar serta pelopor dakwah para alumni Darul Musthofa Yaman di Jakarta pada paruh abad ke-20 dan awal abad ke-21. 


Peran Habib Munzir Al Muzawa

Kiai Rakhmad menjelaskan, ia adalah habib yang hidupnya singkat, 40 tahun. Namun ia meninggalkan sebuah warisan luar biasa untuk kehidupan Islam rahmatan lil alamin, untuk kalangan milenial tentang dakwah Islam yang lembut, sejuk, penuh kasih saying, dan menjaga betul merawat bangsa ini, NKRI.


Dakwah ia tidak jauh dari bagaimana memuliakan nilai-nilai kasih sayang dari Islam dan teladan. Majelis yang ia dirikan bernama Majelis Rasulullah pada 1998. Majelisnya berisi sejarah kehidupan rasul yang penuh dengan cinta kasih. Hidupnya sangat singkat.


Kalau di-review lagi sejarah '98, saat itu Indonesia sedang di era reformasi. Negara ini sedang luluh lantah dengan urusan politik, masyarakat dalam kondisi saling mencurigai satu sama lain, dan di situ Majelis Rasulullah hadir. Kelahiran majelis ini seperti antitesis terhadap lahirnya kelompok antitoleran yang juga didirikan oleh ulama pada tahun '98. Menurutnya, hal ini adalah sebuah antitesis, bukan kesengajaan. Allah sudah mengatur semua. 


Majelis Rasulullah

Majelis Rasulullah bukan majelis dengan pengikut yang kecil, namun ribuan sampai mancanegara walaupun diawali oleh tiga orang di rumah. Dengan sabar, tiga murid bertambah sampai lima murid.


Habib Munzir dikenal orang yang zuhud, dakwahnya dari naik angkot, bukan mobil pribadi. Ia naik angkot ke angkot untuk dakwah. Tasnya berisi kitab semua. Apa yang diajarkan? Islam yang penuh rahmatan lil alamin, keteladanan Nabi Muhammad saw. Tapi ketika jumlahnya ribuan, apakah membuat kaos? Apakah membuat sesuatu yang panas pada persoalan bangsa kita? Tidak, tapi memberi kesejukan. 


Pernah ada cerita, ketika ia sedang di Sulawesi, ada penumpang di bandara komplain gara-gara pengajian Majelis Rasulullah di Masjid Al-Munawar Pancoran, Ia sampai kena macet. Itu Habib sampai terkejut, dan gemetar ada yang komplain. Ia berkata, "Jangan-jangan nanti saya akan ditagih atas ulah saya membuat orang sampai terdzolimi dengan acara majelis Rasulullah." 


"Itu dihitung ia. Dia merasa berdosa, padahal itu dakwah. Itu baru satu orang lho yang komplain. ‘Berapa banyak orang juga yang terjebak macet dan belum bisa saya temui, dan saya belum bisa meminta maaf dan mereka masih kesal.’ Itu Habib Munzir begitu," jelas Kiai Rakhmad. 


Dicintai Anak Muda

Habib Munzir memakai pendekatan rasa, cinta yang terpancar. Jadi, ikhlasnya mukhlas, itu sudah pancarannya sampai pada hati anak muda. Karena sentuhan itu mungkin. Kadang-kadang, maaf, di Jakarta orang tua pada sibuk, kurang kasih sayang ke anak. Jadi, anak muda kehilangan figur orangtua, dapatlah di sosok Habib Munzir yang ia ini masya Allah, bagi saya tidak punya sekat, batasan.


“Ibaratnya kalau Anda jadikan ia imam, ia imam yang tidak ada batasnya. Ia hadir di mata kita, kenapa? Karena kita disapa dengan hati. Ia disebut sulthanul qulub.”


Menurut Kiai Kiki, ia juga dikatakan sebagai tokoh habaib yang mampu melakukan modernisasi pada gerakan tarekat alawiyyin. 


Modernisasi dalam arti ia memanaj kegiatan, juga dengan modern dalam arti penyiapan semuanya. Organisasi yang dibangun juga modern. “Ia bukan hanya dai offline, tapi juga online, sering di TV. Jadi, menyapanya bukan hanya langsung tapi juga on air.”


Itu jelas bisa dilihat, ia memiliki kapasitas seorang ulama besar meskipun usia muda. Kata orang, manusia yang baik seperti itu, tidak usah dicitrakan muncul sendiri citranya. Ketika ada Majelis Rasulullah, orang tidak kenal pun datang karena ingin mendapatkan langsung sentuhan qalbu. Pulang membawa kedamaian di kota Jakarta yang masih susah mendapatkan kedamaian.


Ia hidup ketika Islam sedang disorot sebagai gerakan intoleran, yaitu maraknya gerakan terorisme, pemboman. Kiai Rakhmad menekankan, hal itu benar-benar sebuah antitesis. “Ini lha, kalau mau melihat Islam yang bukan ekstrem dan teror, ini lha. Bahkan, menurutnya, layaklah, andaikata ia mendapat penghargaan dari pemerintah karena ia yang menjadi kekuatan untuk mengimbangi kelompok ekstremis.


Peran Tarekat Alawiyah

Habib Munzir sangat punya peran baik di Jakarta maupun level nasional. Ia menjaga betul supaya Islam itu tidak menjadi bulan-bulanan karena stigma Islam adalah keras, penuh dengan teror, antipemerintah, menghalalkan cara konstitusional. Itu yang kita lihat, ada antitesis.


“Kalau tidak ada Majelis Rasulullah bayangkan gimana itu. Anak muda akan ke mana arahnya? Sebuah oase yang menjadi alternatif untuk memilih Islam yang damai, menjaga keutuhan negara. Saat itu, Presiden diuntungkan dengan majelis ini, karena tidak usah capek-capek, meredam kelompok ekstremis. Cukup adanya Habib Munzir. Ini saya bukan mengagungkan, tapi itu realitas yang bisa kita baca,” kata Kiai Kiki.


Masyarakat tidak takut kalau melihat konvoi jamaah dengan membawa atribut majelis Rasulullah, beda dengan ormas lain yang bikin resah. “Ini enggak, kalau ada bawa bendera, kita merasa kesejukan dan yakin tidak akan diapa-apain. Itu jaminannya sampai seperti itu. Ini yang memang harus ada upaya pen-duplikasian bagi kalangan Alawiyyin untuk mencoba memunculkan kembali ulama seperti Habib Munzir.”


Inspirasi Dakwah Ramah

Kiai Rakhmad mengatakan, kebaikan sekecil apapun pasti ada balasannya dan itu kontan di dunia. Kejahatan sekecil apapun juga akan ada balasannya, bahkan bukan hanya di akhirat, di dunia juga kontan Allah bayar. “Dari ia kita belajar untuk memaksimalkan kebaikan kepada siapapun. Ia ketika di Papua bertemu dengan biarawati sedang jalan kaki meminta tumpangan, Habib Munzir kasih itu tumpangan,” kata Kiai Rakhmad.


“Coba, inikan lagi sama-sama dakwah di agama masing-masing, kalau bisa bicara, ini kompetisi. Tapi habib memperlihatkan kemanusiaannya. Saat itu agak gerimis, itu habib berhentikan mobil, suruh pindah itu perempuan, Habib Munzir di bak terbuka. Adab seperti itu, ini bukan muslim. Tapi dihargai seperti itu oleh ia. Ia tidak tegaan. Itu tidak dibuat-buat.”


Pewarta: Alhafiz Kurniawan

Editor: Alhafiz Kurniawan


Jakarta Raya Terbaru