• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 29 April 2024

Jakarta Raya

PWNU DKI: Konflik Israel dan Palestina Bukan Tentang Agama

PWNU DKI: Konflik Israel dan Palestina Bukan Tentang Agama
Warga Palestina di atas tank. (Foto via APNews).
Warga Palestina di atas tank. (Foto via APNews).

Jakarta Timur, NU Online Jakarta


Konflik antara Israel dan Palestina terus berlangsung. Pada Sabtu lalu, Hamas kembali mengirimkan roket ke wilayah Israel. Menanggapi hal tersebut, Sekretaris PWNU DKI Jakarta Bahaudin menegaskan bahwa konflik keduanya bukan termasuk ke dalam konflik agama.


Gus Baha sapaannya itu dalam pesannya berbahasa Inggris kepada NU Online Jakarta, Senin (9/10/2023). Menyiratkan bahwa untuk mengatasi kesalahpahaman bahwa ini adalah bukan perang agama. Menurutnya saat ini konflik antara Israel dan Palestina memiliki akar yang dalam dalam sengketa politik, territorial, dan sejarah, daripada didorong oleh perbedaan agama.


"In light of the ongoing Israel-Palestine conflict, it is crucial to address the misconception that this is a religious war. The conflict between Israel and Palestine is deeply rooted in political, territorial, and historical disputes, rather than being driven by religious differences," katanya.


Ia juga meneruskan dalam pesannya bahwa Israel maupun Palestina terdiri dari beragam kelompok agama dan entitas warga yang sangat beragam. Ia menyebutkan bahwa Israel secara dominan dihuni oleh orang Yahudi, negara tersebut juga mencakup Muslim Arab, Kristen, dan kelompok minoritas lainnya. Demikian juga, Palestina terdiri dari Muslim, Kristen, dan komunitas minoritas lainnya. Ia menjelaskan bahwa keragaman ini menunjukkan bahwa konflik ini tidak didasarkan pada pembagian agama tetapi lebih pada masalah politik dan territorial yang mendasar.


"This diversity demonstrates that the conflict is not based on religious divisions but rather on fundamental political and territorial issues," jelasnya.


Lebih mendalam, Gus Baha menjelaskan berbagai faktor sejarah atas konflik Israel-Palestina bermula pada awal abad ke-20, menurutnya berakar kepada kompleks berkontribusi pada ketegangan yang berkelanjutan. Sehingga, kedua belah pihak mengklaim tanah yang sama, yang mengakibatkan perjuangan panjang mengenai batas wilayah, pemukiman, dan hak untuk menentukan nasib sendiri.


"The establishment of the State of Israel in 1948 and subsequent territorial disputes have been key drivers of the conflict. Both sides lay claim to the same land, resulting in a protracted struggle over borders, settlements, and the right to self-determination," katanya.


Lebih jauh Gus Baha menginginkan agar  menghindari generalisasi dan stereotip yang mungkin mempertahankan kesalahpahaman bahwa ini adalah perang agama. Menggambarkan konflik dalam istilah agama menyederhanakan isu yang kompleks dan menghambat upaya untuk menemukan solusi damai. Baginya, membangun pemahaman, mempromosikan dialog, dan mengatasi akar masalah adalah hal penting dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.


"The international community plays a vital role in supporting peace-building efforts and facilitating dialogue between Israel and Palestine. Governments, organizations, and individuals should prioritize diplomatic negotiations, respect for international law, and the protection of human rights for all parties involved," pungkasnya.


Pewarta: Haekal Attar
Editor: Aru Elgete


Editor:

Jakarta Raya Terbaru