• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Rabu, 24 April 2024

Jakarta Raya

RAMADHAN

Wakil Sekretaris LD PBNU Sebut Ramadhan Sebagai Bulan Pembakaran Dosa

Wakil Sekretaris LD PBNU Sebut Ramadhan Sebagai Bulan Pembakaran Dosa
Secara bahasa Ramadhan berarti membakar. (Foto: NU Online Jakarta).
Secara bahasa Ramadhan berarti membakar. (Foto: NU Online Jakarta).

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta

Wakil Sekretris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Ahmad Nurul Huda menyebut Ramadhan sebagai bulan pembakaran dosa manusia, karena secara bahasa Ramadhan berarti membakar. 


"Boleh jadi karena di negerinya, Jazirah Arab, Ramadhan selalu jatuh pada musim panas. Ramadhan dimaksudkan sebagai masa dimana terjadi pembakaran dosa," katanya saat di wawancarai NU Online Jakarta, Jumat (24/3/2023).


Kiai Nurul Huda menerangkan, Rasulullah telah menyebut dalam hadistnya, orang yang berpuasa pada Bulan Ramadhan akan diampuni segala dosanya.


"Tidak ada manusia yang tak berdosa, saat ia berpuasa di bulan ramadhan, Rasulullah menyebut seluruh dosanya akan diampuni. Itu mengapa Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin," ungkapnya.


Terkait proses pembakan dosa, Kiai Nurul Huda menyampaikan bahwa segala hak pengamounan hanya milik Allah.


"Pembakaran dosa atas kesalahan yang pernah kita lakukan itu sepenuhnya hak Allah, manusia hanya bisa berharap lewat permohonan pengampunan. Permohonan ini disebut istighfar; biasanya kita diajarkan membaca kalimat astaghfirullah (aku mohon ampunan Allah)," jelasnya.


Kiai Nurul Huda menjelaskan, untuk orang yang ingin diampuni dosanya, maka hendaklah untuk mengakui atas semua kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.


"Posisi orang mohon ampun itu harus diawali oleh pengakuan rasa bersalah istilahnya i'tiraf, semacam pengakuan dosa, langsung kepada Allah. orang yang mengaku bersalah tentu saja tidak boleh merasa paling benar apalagi berdebat menyampaikan pembelaan," terangnya.


Kiai Nurul Huda menghimbau agar umat Islam dapat berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembakaran dosa, jika dosanya berkaitan dengan Allah maka minta ampun kepada Allah dan jika dosanya kepada manusia, maka hendaklah bersegera untuk meminta maaf.


"Maka, dalam praktik kehidupan yang benar sudah semestinya manusia yang beristighfar bukan hanya melangitkan rasa bersalah kepada Tuhan, tetapi juga saat berhadapan dengan manusia. karena kesalahan kepada manusia belum diampuni sehingga engkau mendapatkan maaf dari orang yang telah engkau sakiti. tetapi kalau engkau sudah ber-ikhtiar (berusaha) maksimal meminta maaf cari orang tersebut dan ia tak juga memaafkan, maka ketahuilah Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang," ungkapnya.


Lebih mendalam, Kiai Nurul Huda mengingatkan agar umat Islam dapat terjaga dari penyakit hati, karena dari itulah dapat menghalangi ampunan Allah SWT.


"Penyakit hati yang menghalangi turunnya ampunan Allah adalah sombong. bila sikap ini terus dipelihara boleh jadi ia akan sulit sekali mengakui kesalahannya, apalagi menyadarinya. Dirinya menjadi jumawa dan Allah tidak menyukai orang yang sombong," tutupnya.

 

Editor: Haekal Attar


Jakarta Raya Terbaru