• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 3 Mei 2024

Literatur

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

KH M Syafi'i Hadzami, Sumur yang Tak Pernah Kering

KH M Syafi'i Hadzami, Sumur yang Tak Pernah Kering
KH M Syafi'i Hadzami (Foto: NU Online).
KH M Syafi'i Hadzami (Foto: NU Online).

Nama KH M Syafi’i Hadzami bagi sebagian masyarakat Indonesia masih tidak terlalu dikenal. Padahal pengarang kitab Taudhihul Adillah adalah ulama yang begitu populer di Jabodetabek dan dikenal keluasan ilmunya. Hal ini terbukti dengan biografi yang diberi judul KH M Syafi’i Hadzami Sumur yang Tak Pernah Kering.


Sumur yang tak pernah kering tentu saja puyna makna kedalam dan keluasan ilmu yang dimiliki. Sumur juga punya makna orang selalu datang menimba tapi isi sumur tak pernah habis. Pun begitu dengan KH Syafi’i Hadzami ini, banyak muridnya yang datang langsung menimba ilmu ke kediamannya. Salah satunya KH Ali Zaman.


Selain itu, mantan Ketua MUI DKI Jakarta dua periode ini di masa muda sempat mengasuh pengajian melalui siaran Radio Cendrawasih dengan sistem tanya-jawab. Tanya-jawab seputar keagamaan hingga masalah fiqih lainnya. Yang menarik dari seputar tanya-jawab itu kemudian dibukukan dan diberi judul Taudhihul Adillah yang terdiri dari tujuh jilid.


Masa Kecil

Muhammad Syafi’i dilahirkan pada 31 Januari 1931M, anak pertama dari pasangan Muhammad Saleh Raid dan Ibu Mini ini di Kawasan Rawa Belong. Syafi’i kecil diasuh langsung oleh kakeknya. Dari kakeknya inilah kemudian ia mengenal ilmu agama. Syafi’i kecil kerap ikut pengajian bersama kakeknya. Dari sana bekal ilmunya diperoleh.


Sepeninggal kakeknya, Syafi’i meneruskan pengembaraan ilmunya kepada Kiai Abdul Fatah, Guru Ya’qub, KH Mukhtar Muhammad. Kemudian kepada K.H. Muhammad Ali Hanafiah. Kepadanya ,mantan Rois Syuriah PBNU itu mempelajari ilmu-ilmu alat.


Dikutip dari Jurnal “Muhammad Ardiansyah”, selain belajar ilmu agama, Syafi’i juga pernah bersekolah di sekolah umum tepatnya di Hollandche Engels Insituut (HEI). Ia lulus tahun 1942. Sekitar tahun 50-an, ada majelis yang cukup besar pada waktu itu yang selalu dihadiri oleh ulama-ulama besar. Menariknya, di majelis itu Syafi’i mampu memberikan berbagai pandangan dan argumentasinya dengan sangat menarik. Bahkan ia mampu menganalogikan setiap persoalan yang ditanyakan. Atas kedalaman ilmunya dan kecakapannya dalam beragumen para ulama senior menggelarinya Hadzami.


Siap sebenarnya Hadzami? Hadzami sendiri adalah seorang wanita Arab yang hidup sebelum Islam datang. Ia sering dijadikan rujukan dan perumpamaan dalam mencari informasi yang benar. Hadzami adalah jaminan kebenaran.


“Hal yang membuat KH Syafi’i Hadzami memiliki keluasan dan kedalaman ilmu adalah karena kegemarannya menggeluti dunia kamus. Setiap kali ia melakukan mutha’la’ah kitab-kitab, kamus-kamus telah ia jejerkan. Bahkan bila ia menemukan kata-kata yang belum ia fahami dengan benar, ia tidak mau melanjutkan bacaannya. Sampai kemudian sesuatu itu ia dapat. Jadi tidak ada kata-kata yang diutangin semuanya dibayar kontan“ (Nasrullah Nurdin,2019: 16).


Kontribusi Dalam Pendidikan Islam

KH Syafi’i Hadzami telah banyak berkontribusi dalam bidang fiqih yang tentunya dapat mempermudah masyarakat mengetahui dalil-dalil dalam permasalahan kehidupan sehari-hari. KH Syafi’i Hadzami bukanlah ulama yang kaku. Ia dikenal dengan kelenturan dan kehati-hatian dalam mengambil suatu hukum.


Misalnya dalam hal pendidikan bagi kaum perempuan. KH Syafi’i Hadzami berpandangan bahwa perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang cukup. Namun mereka tidak harus berpendidikan terlalu tinggi. Dan tidak perlu menjadi wanita karir. Yang penting perempuan mampu berperan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Itu sudah cukup. Dah itu yang menjadi prioritas.


Dalam ajaran Islam patuh dan taat terhadap suami, mendidik anak, serta mengurus rumah tangga lebih utama bagi perempuan dari pada mencari ilmu setinggi-tingginya. Namun melupakan hal-hal pokok.


KH Syafi’i Hadzami tetap menghargai pendidikan perempuan walau setinggi apapun. Hanya saja ia berpandangan yang paling penting adalah bagaimana seorang perempuan dapat menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik. Rumah tangga adalah medan karir yang baik bagi perempuan.

Ulama-ulama terdahulu bahkan ada yang memakruhkan perempuan belajar menulis. Perempuan dibolehkan membaca tapi tidak boleh menulis.


KH Syafi’i Hadzami juga diketahui mengajar Ta’lim di beberapa wilayah. Diketahui bahwa jadwal KH Syafi’i Hadzami mencapai 39 majelis taklim se-Jakarta. Ia mendedikasikan hidupnya untuk ilmu. Dan mengajar dijadikan sebagai pilihan hidup. Keputusan itu sesuai dengan panggilan jiwanya. Maka, pantas orang-orang memanggilnya mu’allim.


Pernah suatu ketika ia kabur dari rumah sakit hanya karena merindukan kehadirannya untuk mengajar di majelis. Mengajar dianggapnya obat. Setelah mengajar beliau balik lagi ke rumah sakit.


KH Syafi’i Hadzami termasuk ulama yang produktif. Beliau mengarang berbagai macam kitab dalam bidang keilmuan dari fiqih, tauhid, sampai qiraat. Diantara kitab-kitab beliau ialah, Taudhihul Adillah, buku ini merupakan tanya-jawab dari Radio Cendrawasih. Hingga kini sudah tujuh jilid dan beberapa kali dicetak ulang.


Sullamul Arsy Di Qira’at Warsy. Risalah ini selesai disusun pada tahun 1956 yang pada itu ia berusia 25 tahun. Risalah bertebal 40 halaman ini berisi kaidah-kaidah khusus pembacaan Al- Qur’an menurut syekh Warasy.


Qiyas Adalah Hujjah Syar’iyyah. Di dalam risalah ini dikemukakan dalil-dalil dari Al-Qur’an, al-Hadits, dan Ijma’ ulama yang menunjukkan bahwa qiyas merupakan salah satu dari Hujjah Syar’iyyah. Seterusnya karangan beliau, Qabilah Jum’at, Shalat Terawhih, Ajalah Fidyah Shalat. Selanjutnya kitab Mathaman Ar-Ruba Di Ma’rifah Ar-Riba. Dan, Al-Hujalul Bayyinah.


Wafat

KH Syafi’i Hadzami wafat pada tanggal 7 Mei 2006 dalam usia 75 tahun. Pada hari Ahad sepulang beliau dari mengisi majelis taklim. Banyak muridnya yang terkejut mendengar berita kematian KH Syafi’i Hadzami. Tak henti-hentinya orang berdatangan untuk mensholati dan mendoakan kepergian beliau. Bahkan disebutkan sholat jenazah dilakukan tak putus dari siang hingga malam saking banyaknya yang datang.


Artikel di atas merupakan karya dari M. Arfah, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online. 


Literatur Terbaru