• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 5 Mei 2024

Literatur

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

KH Abdullah Syafi'i: Singa Podium Hebat Meski Lulusan SD

KH Abdullah Syafi'i: Singa Podium Hebat Meski Lulusan SD
KH abdullah Syafi'i (Foto: NU Online).
KH abdullah Syafi'i (Foto: NU Online).

Singa podium atau orator ulung adalah sebuah julukan yang mungkin sudah tak asing lagi bagi masyarakat Betawi. Julukan tersebut tersematkan pada salah satu muftinya, KH Abdullah Syafi’i. Beliau lahir pada 10 Agustus 1910 di Kampung Bali Matraman, Jakarta dan wafat pada 3 September 1985. Ayahnya bernama H. Syafi’i, sedangkan ibunya bernama Nona binti Asy’ari.


KH Abdullah Syafi’i adalah seorang ulama Betawi terkemuka yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua tingkat Sekolah Rakyat (SR) atau Sekolah Dasar (SD). Di usia 17 tahun, beliau memperoleh pemberitahuan untuk belajar sekaligus mengajar di langgar partikelir. Kemudian membangun Masjid di Kampung Al-Barkah Matraman saat usia 23 tahun. (Azra, 2011, hal 71).


Hampir seluruh hidup beliau diabdikan untuk kemaslahatan masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat ketika beliau membangun Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1940-an. Kemudian, membangun Aula Asy-Syafi’iyah untuk Madrasah Tsanawiyah Lilmuballighin wa muallimin di tahun 1957. Disusul pada tahun 1965 mendirikan Akademi Pendidikan Islam Asy-Syafi’iyah. Dua tahun berikutnya yakni 1967 mendirikan Radio Asy-Syafi’iyah. Kemudian tepat di tahun 1968 beliau mulai merintis pengembangan Asy-Syafi’iyah di kawasan pinggiran Jatiwaringin, Jakarta Timur, dan lain sebagainya.


Dalam segi pembelajarannya, KH Abdullah Syafi’i menerapkan beberapa metode diantaranya, musyawarah (diskusi), pengulangan, penugasan, bimbingan, dan penugasan. Kesemua metode yang beliau terapkan terkesan dinamis, demokratis, juga penuh kebijaksanaan. Beliau juga berpendapat dengan menggunakan beberapa metode tersebut diatas dapat dipastikan bahwa seorang guru tidak akan bertindak otoriter atau diktator ataupun juga tidak memaksakan kehendak dan kemauannya terhadap anak didiknya. Tetapi dia melihat muridnya sebagai subjek sekaligus objek. Hal demikianlah sejalan dengan visi pendidikan dunia modern. (Indra, 2018, hal 175-176).


Disamping pembangunan beberapa tempat pendidikan diatas beserta metode pembelajaran yang diterapkan. Bakti pengabdian beliau bisa dilihat ketika dengan tegas dan berani menegakkan kebenaran sekaligus menentang kebijakan yang telah ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Ali Sadikin menceritakan sendiri kisahnya semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ketika ia sedang senang-senangnya merencanakan sebuah proyek besar yang bisa menguntungkannya mendapatkan banyak uang untuk pemerintah kota Jakarta. Proyek besar tersebut antara lain, masalah perjudian dan makam di DKI Jakarta. Tepat pada saat itu pula sedang gencarnya serangan dari para ulama, termasuk pula KH Abdullah Syafi’i. Hal inilah yang membuat Gubernur DKI itu penasaran dan ingin bertemu langsung dengan KH Abdullah Syafi’i.


Singkatnya, akhirnya kedua tokoh tersebut bertemu. Saat pertemuan terjadi, KH Abdullah Syafi’i berbicara dengan sangat tenang dan polos. Namun, berani dan terus terang. Sehingga, membuat Ali Sadikin kagum sekaligus ngeri dan akhirnya malah menjadi sahabat karib beliau. Demikianlah secuil kisah dari Sang orator ulung Betawi, KH Abdullah Syafi’i. Semoga bermanfaat.


Artikel di atas merupakan karya dari Shifatul Aula Firinda Nur Azizah, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online


Literatur Terbaru