Ketua PWNU DKI: Isra’ dan Mi’raj adalah Miniatur Kehidupan
Selasa, 21 Februari 2023 | 15:08 WIB

Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif sedang mengici ceramah dalam kegiatan Isra’ dan Mi’raj di Masjid Al-Barokah, Sunter Agung, Jakarta Utara, Ahad (19/2/2023). (Foto: Istimewa)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta Utara, NU Online Jakarta
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif menyampaikan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad adalah miniatur kehidupan. Hal itu disampaikannya dalam ceramahnya di Masjid Al-Barokah, Sunter Agung, Jakarta Utara, Ahad (19/2/2023) malam.
“Mantan Syekh Al-Azhar Prof. Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah merupakan miniatur kehidupan,” ungkap Kiai Samsul
Kiai Samsul menjelaskan bahwa keterkaitan dengan miniatur kehidupan dapat terlihat dari konsep hubungan manusia antara manusia (hablun minannas) dan hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah).
“Hablun minannas disimbolkan dengan Isra’ dan hablun minallah disimbolkan dengan peristiwa Mi’raj,” ungkapnya.
Mengenai peristiwa yang lebih rinci, Kiai Samsul menceritakan Nabi Muhammad sebelum di-isra’-kan oleh Allah ditemui oleh Malaikat Jibril.
“Dibelah dadanya, dibersihkan hatinya dengan air zam-zam, sekalipun hati nabi sudah bersih. Ini adalah sesuai simbol pembelajaran bagi kita semua, kalo kita mau melakukan perjalanan panjang dihidupkan kita, pikiran kita harus bersih, niat kita harus lurus, sering kali banyak godaaan dan tantangan,” jelasnya.
Leboh dalam, Kiai Samsul menyebutkan Isra’ dan Mi’raj ini adalah peristiwa besar, maka Allah menyebutnya dengan kata ‘subhaana’ (Maha Suci Allah) di awal surat Al-Isra’.
Terkait dengan pola kehidupan di NU, Kiai Samsul mengutarakan ajakannya kepada Nahdliyyin DKI Jakarta untuk berkhidmat di dalam Jam'iyah NU adalah bagian dari Isra pengurus dan warga NU.
“Di dalam berkhidmat harus didasari niat yang tulus, hati kita harus dicuci dulu, diisi dengan keimanan yang kuat sebagaimana hatinya Rasulullah dibersihkan terlebih dahulu oleh malaikat Jibril meskipun sudah barang tentu hati Nabi sudah sangat bersih,” jelas Kiai Syamsul.
Demikian pula berkhidmat di NU, sambung Kiai Samsul, harus dengan niat yang tulus, tidak untuk mencari sesuatu dari NU.
“Berkhidmat di NU banyak tantangan dan ujian, baik yang berupa pengorbanan maupun yang berupa kemanfaatan,” terangnya.
“Pengurus NU dan warganya juga harus selalu melakukan Mi’raj yaitu dengan menjaga ibadah shalat dan kegiatan istighasah, dzikir dan lain lain,” pungkasnya.
Kontributor: Haekal Attar
Editor: Herly Ramadhani
Terpopuler
1
KH Abdul Hanan Said, Ahli Al-Quran dari Betawi
2
Putusan LBM NU Jakarta : Hukum Zakat melalui Lembaga yang Tak Miliki Izin Resmi
3
RMINU Jakarta Minta Pemerintah Prioritaskan Bantuan untuk Guru Ngaji di Lapisan Bawah
4
Resmi Dimulai, Berikut Daftar Lengkap 40 Sekolah Swasta Gratis di Jakarta
5
Polemik Wamen Rangkap Jadi Komisaris, Pengamat: Lukai Hati Masyarakat yang Sulit Cari Kerja
6
Nahkoda Baru MoRAGISTER Nasional Harap PBSB S2-S3 Diadakan Kembali
Terkini
Lihat Semua