Ketua PWNU Jakarta Sebut Zakat Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
Senin, 16 Desember 2024 | 09:00 WIB

Ketua PWNU Jakarta KH Samsul Maarif di Pelatihan Manajemen Zakat bagi Mahasiswa yang digelar Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jakarta di Kantor PWNU DKI Jakarta pada Sabtu (15/12/2024) sore. (Foto: NU Online Jakarta/Ade)
Sintia Nur Afifah
Kontributor
Jakarta Timur, NU Online Jakarta
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Khusus Jakarta KH Samsul Ma'arif menyebutkan zakat bukan sekadar kewajiban, melainkan instrumen penting dalam pemberdayaan ekonomi umat.
Hal itu disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Zakat bagi Mahasiswa yang digelar Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jakarta di Kantor PWNU DKI Jakarta pada Sabtu (15/12/2024) sore.Â
"Jika semua membayar zakat dengan benar, bisa diprediksi akan mencapai triliunan. Di Jakarta, lembaga zakat terbaik baru mampu mengumpulkan 300 miliar per tahun," ujarnya.
Kiai Samsul memaknai sedekah dalam konteks yang lebih luas seperti senyum kepada saudara.Â
 "Sedekah bisa dalam bentuk materi, bisa juga non-materi. Minimal, senyum kepada saudara kita sudah termasuk sedekah," jelasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk memahami bahwa berbuat baik tidak selalu membutuhkan materi.
"Saya punya keinginan kuat. Dalam beberapa tahun lagi, saya akan masuk dalam kategori orang yang mampu mengeluarkan zakat. Orang yang rajin memberikan infak," ungkapnya
Kiai Samsul menyampaikan pesan bahwa generasi muda harus memiliki motivasi kuat, niat baik, dan semangat untuk terus berkembang.Â
"Yakinlah, suatu saat Anda bisa menjadi orang yang mampu berzakat, berarti Anda telah menjadi orang kaya sejati," tuturnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya generasi muda untuk tidak sekadar bermimpi, melainkan mengambil langkah nyata dalam mengembangkan potensi diri.Â
Kiai Samsul juga mengajak generasi muda untuk berpikir positif dan membangun semangat melalui pemahaman mendalam tentang zakat, sedekah, dan aktualisasi diri.
"Mulai membaca, mencari tahu siapa diri kita. Nah, bagian daripada mengaktualisasikan diri, hari ini Anda mungkin kuliah di tempat tertentu, diajak oleh lembaga NU untuk berpikir positif," ujarnya.
Kiai Samsul menjelaskan perbedaan antara sekadar berkhayal dan memiliki motivasi konstruktif. Ia juga mendorong generasi muda untuk memiliki harapan yang kuat dan niat baik dalam mengembangkan diri.
"Cita-cita itu berbeda dengan ngelamun. Kalau ngelamun, lebih banyak spekulasinya," tandasnya.
Â
Terpopuler
1
KH Abdul Hanan Said, Ahli Al-Quran dari Betawi
2
RMINU Jakarta Minta Pemerintah Prioritaskan Bantuan untuk Guru Ngaji di Lapisan Bawah
3
Putusan LBM NU Jakarta : Hukum Zakat melalui Lembaga yang Tak Miliki Izin Resmi
4
Resmi Dimulai, Berikut Daftar Lengkap 40 Sekolah Swasta Gratis di Jakarta
5
Polemik Wamen Rangkap Jadi Komisaris, Pengamat: Lukai Hati Masyarakat yang Sulit Cari Kerja
6
Odong-odong Rawan Kecelakaan, Pengamat: Pemerintah Perlu Bertindak Tanpa Rugikan Pelaku Usaha Kecil
Terkini
Lihat Semua