KH Mukhlis Fadlil Minta Kader Ansor DKI Selaraskan Intelektual dengan Spiritual
Jakarta Selatan, NU Online Jakarta
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) KH Ahmad Mukhlis Fadlil meminta seluruh kader Ansor dan Banser DKI Jakarta untuk menyelaraskan antara intelektual dan spiritual dalam kehidupan. Menurutnya, intelektual dan spiritual harus berjalan secara beriringan.
"Kalau cuma intelektualnya saja maka jadi nge-hang orang itu, kalau cuma spiritualnya saja maka jadi gila. Maka selain kita ngaji,selain kita menuntut ilmu, selain kita belajar, kita perlu sadar ingat bahwa kita ini adalah makhluk kita selalu minta petunjuk dari Allah," ujarnya di Pembukaan Mujahadah dan Do'a Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor DKI Jakarta di Kantor Sekretariatnya, jalan Tebet Dalam II, Jakarta Selatan, Jum'at (5/52023) malam.
Kiai Mukhlis menyampaikan, sebagaimana hadits Nabi yang mengatakan bahwa "Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya, ”Apakah taman-taman surga itu?” Nabi menjawab, ”Halaqah-halaqah dzikir (ilmu).
"Perkumpulan-perkumpulan itulah dimana orang yang selalu menyebut nama Allah dan Rasulullah," jelasnya.
Oleh karena itu, Kiai Mukhlis menyebut bahwa Ansor dan Banser adalah santri dari sebuah pondok pesantren yang bernama Nahdlatul Ulama (NU). Baginya, santri adalah entitas yang memiliki kebiasaan untuk mengaji dan menuntut ilmu.
"Yang namanya santri dia ngaji, yang namanya santri dia belajar," kata Kiai yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Ash-Sholihin Al-Abror, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara itu.
Kiai Mukhlis mengungkapkan banyak sekali ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang berisi kewajiban dalam menuntut ilmu. Sebab, perbedaan antara manusia dengan hewan adalah ilmu. Selain itu, yang membedakan derajat manusia di sisi Allah dan juga di sisi makhluk-Nya adalah ilmu.
"Makanya, menuntut ilmu itu hukumnya adalah fardlu 'ain atau wajib," pungkasnya.
Pewarta: Khoirul Rizqy At-Tamami
Editor: Haekal Attar