Jakarta Raya

Rais Syuriyah PWNU Jakarta Tekankan Penguatan Identitas Ke-NU-an

Selasa, 24 Desember 2024 | 15:00 WIB

Rais Syuriyah PWNU Jakarta Tekankan Penguatan Identitas Ke-NU-an

Sambutan KH Muhyidin Ishaq dalam Muskerwi ke-4 PWNU Jakarta, Selasa (24/12/2024). (Foto: NUOJ/Miftahus Surur).

Bogor, NU Online Jakarta 


Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta, KH Muhyidin Ishaq menekankan pentingnya penguatan identitas jati diri NU dalam ceramah dan kehidupan organisasi. Hal ini disampaikannya saat sambutan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) ke-4 PWNU DKI Jakarta yang berlangsung di Hotel Bumi Gemati, Sentul ,Bogor pada Selasa (24/12/2024).


Kiai Muhyidin mengingatkan kembali sejarah perkembangan NU khususnya di era 1980-an. Ia mengisahkan bahwa pada masa itu sebagian besar pengurus NU berasal dari kalangan mubaligh yang terkadang terpengaruh oleh keragaman tradisi.


"Dulu ingat saya, di era 80-an ke bawah, rata-rata pengurus NU adalah para mubaligh. Kalau pas ceramah, mereka mengucapkan Bismillah dulu baru salam. Kalau kata Kiai Abdul Rozak, itu tradisi Masyumi," ungkapnya sambil mengenang.


Ia menegaskan pentingnya membedakan tradisi NU dengan tradisi lainnya. Hal tersebut penting dikarenakan menjadi identitas diri sebagai warga NU itu sendiri.


"Kita harus punya jati diri yang jelas, mana yang NU dan mana yang bukan. Jangan sampai kita kehilangan identitas," bebernya..


Kiai Muhyidin juga berbagi pengalaman saat menjabat sebagai Wakil PWNU pada tahun 1993 hingga menjelang Muktamar Cipasung 1994. Pengalaman tersebut Ia sampaikan dihadapan pengurus Lembaga dan Badan Otonom (Banom) NU Jakarta yang hadir di Muskerwil 2024.


"Saat itu, NU di Jakarta dikenal memiliki corak yang agak kanan. Namun, rumusan-rumusan NU tetap harus mencerminkan nilai-nilai moderat dan kearifan lokal," paparnya.


Lebih lanjut, Ia juga mengulas perjalanan kepemimpinan PBNU dari masa Gus Dur (1993), KH Hasyim Muzadi (2003), hingga Gus Yahya (2024). Menurutnya, keberlanjutan ini menjadi bukti bahwa NU selalu relevan di tengah dinamika zaman.

 

Tak hanya menyoroti soal penguatan identitas, Kiai Muhyidin menekankan bahwa setiap program kerja yang dirumuskan dalam Muskerwil harus terukur dan terarah. Hal ini bertujuan agar NU dapat memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat luas, khususnya warga NU. 


"Tiap pengurus harus memahami persoalan ini. Dengan perencanaan yang matang, NU bisa lebih berkontribusi bagi umat dan bangsa," tekannya.


Muskerwil ke-4 ini menjadi momen penting bagi PWNU DKI Jakarta untuk merumuskan program kerja strategis, dengan tetap menjaga semangat kebersamaan dan keaslian identitas organisasi.