Suluk Ramadhan: Pentingnya Memaafkan Meski Masih Menyimpan Dendam
Jumat, 7 Maret 2025 | 21:56 WIB

Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jakarta, KH Dimyati Fanani mengatakan salah satu ciri orang bertakwa kepada Allah adalah mudah memaafkan. (Foto: Tangkapan Layar YouTube NU Online Jakarta).
Wiwit Musaadah
Penulis
Jakarta Pusat, NU Online Jakarta
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jakarta, KH Dimyati Fanani mengatakan salah satu ciri orang bertakwa kepada Allah adalah mudah memaafkan.
Hal ini dikatakannya dalam episode keenam Suluk Ramadhan bertajuk Pentingnya memaafkan meskipun masih ada rasa dendam di kanal youtube NU Online Jakarta, pada Kamis (6/3/2025).
Ia mengutip firman Allah yang menyatakan bahwa hanya dengan rahmat-Nya, Nabi Muhammad saja mampu memaafkan orang-orang yang menyakitinya.Â
"Tanpa izin dan rahmat Allah, seseorang tidak akan pernah bisa memaafkan orang lain," ujarnya.
Menurutnya, memaafkan adalah kebutuhan setiap manusia dan merupakan tanda bahwa seseorang mendapatkan rahmat dari Allah.Â
Ia juga menggarisbawahi dampak psikologis dari ketidakmampuan seseorang untuk memaafkan.Â
"Orang yang tidak bisa memaafkan cenderung mengalami masalah kesehatan, seperti penyakit kanker," jelasnya.
Kiai Dimyati, yang juga seorang terapis, menceritakan pengalamannya sering menemukan titik temu bahwa ketidakmampuan seseorang dalam memaafkan dapat menjadi akar dari berbagai penyakit.
"Memaafkan adalah kunci kesehatan. Ketika tubuh kita sakit, itu bisa jadi isyarat bahwa ada seseorang yang perlu kita maafkan," tambahnya.
Ia mencontohkan Rasulullah yang memaafkan Wahsyi, pembunuh paman beliau, Hamzah.
"Ketika Wahsyi datang untuk bertobat dan masuk Islam, Rasulullah tetap memaafkannya meskipun ada rasa sedih di hati beliau," serunya.
Hal ini menunjukkan bahwa memaafkan bukan hanya tentang menghilangkan rasa sakit, tetapi juga tentang berbagi kasih sayang.
Ia mengajak semua umat muslim untuk saling memaafkan. Memaafkan tidak harus menunggu hari raya bisa dimulai dari sekarang.Â
Menurutnya dengan memaafkan seseorang tidak hanya mendapatkan ketenangan hati, tetapi juga kesehatan fisik dan mental.Â
"Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.
Terpopuler
1
Begini Alasan Arab Saudi Tunda Skema Tanazul Haji
2
Soal Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
3
PWNU Jakarta Tekankan Budaya Betawi untuk Pemberdayaan Masyarakat
4
Jelang Idul Adha, Pedagang Keluhkan Penurunan Penjualan Hewan Kurban
5
Pemerintah Batalkan Subsidi Listrik, Fokus Bantuan Upah Pekerja
6
IPNU Jakut Teguhkan Kaderisasi Berbasis Lokal dan Kebangsaan
Terkini
Lihat Semua