Wakil Katib PWNU Jakarta Dorong Sosialisasi Pencegahan Perundungan di Pesantren
Kamis, 29 Mei 2025 | 17:30 WIB

Wakil Katib Syuriah PWNU Jakarta Kiai Syauqillah saat menyampaikan materi di kegiatan Sosialisasi Pencegahan Bullying & Kenakalan Remaja di Lingkungan Sekolah (Pesantren). (Foto: NU Online Jakarta/Arif)
Agus Zehid
Penulis
Jakarta Timur, NU Online Jakarta
Masyarakat menghadapi fenomena kekerasan, perundungan, dan pelecehan sebagai bagian dari permasalahan sosial. Bahkan lingkungan sekolah termasuk pesantren juga mengalami permasalahan tersebut.
Rabithah Ma'had Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jakarta menggelar acara 'Sosialisasi Pencegahan Bullying & Kenakalan Remaja di Lingkungan Sekolah (Pesantren)' untuk mencari lebih dalam akar dari permasalahan tersebut. RMI menyelenggarakan acara ini di Ma'had Aly Zawiyah Jakarta Timur, pada Kamis, (29/05/2025) pagi hari.
Panitia mengundang Wakil Katib Syuriah PWNU Jakarta Kiai Syauqillah dalam acara tersebut. Kiai Syauqillah menyoroti perundungan sebagai salah satu dinamika permasalahan pesantren di dunia modern dalam sambutannya.
"Perundungan ini hanya salah satu dari sekian banyak permasalahan yang ada di pesantren, oleh karena itu, ini harus menjadi perhatian dan perlunya kita menanggapi permasalahan tersebut secara baik," ucapnya.
Para santri dengan latar belakang yang berbeda hidup dalam satu lokasi, bertetangga, bersosial sebagaimana masyarakat pada umumnya sehingga kehidupan pesantren mencerminkan miniatur dari kehidupan masyarakat. Akibatnya, permasalahan yang terjadi di masyarakat sangat mungkin terjadi di dunia pesantren.
Syauqillah juga menyampaikan perlunya penjabaran yang mendalam terkait makna dari perundungan. Ia menjelaskan bahwa pesantren memiliki kultur tersendiri yang berbeda dari sekolahan pada umumnya.
"Misalnya jika kiai atau ustad memanggil santrinya dengan laqob (penyebutan) tertentu, nah apakah itu masuk kepada bullying atau tidak," tanyanya.
Ia menyampaikan bahwa RMI memiliki peran penting dalam memoderasi antara perundungan dan budaya pesantren yang biasanya memiliki tradisi tersendiri di santrinya, seperti lakob. Ia menambahkan bahwa terdapat istilah 'berkah' yang erat tentang hubungan antara kiai dan santrinya.
Ia berharap RMI dapat merumuskan konsep yang jelas bagaimana perundungan dan bullying di pesantren dapat diterapkan. RMI diharapkan dapat menjaga esensi relasi kiai dan santri serta relasi antara seluruh komponen pesantren agar tetap seimbang. Dengan demikian, masyarakat pesantren dapat menerima konsep perundungan ini tanpa ada dinamika yang terjadi antara kedua belah pihak.
"Ini harus pelan-pelan. Kalo memang ada kultur yang sudah kental di pondok pesantren tersebut, anda harus masuk pelan-pelan. Artinya tidak deradikalisasi tradisi pesantren," tegasnya.
Terpopuler
1
Bahas Isu Kekinian, PCNU Jakbar Inisiasi Bahtsul Masail di Masjid Mardhotillah
2
Begini Alasan Arab Saudi Tunda Skema Tanazul Haji
3
Pagar Nusa Tampil Meriahkan Harlah Ke-77 IPSI
4
PWNU Jakarta Tegaskan Pengabdian NU Harus Bersifat Inklusif
5
Soal Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
PWNU Jakarta Apresiasi Larangan Ondel-ondel untuk Mengamen
Terkini
Lihat Semua