• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Psikolog Ungkap Penyebab, Motif, dan Jenis Perundungan yang Sedang Marak

Psikolog Ungkap Penyebab, Motif, dan Jenis Perundungan yang Sedang Marak
Devo mengisyaratkan perundungan siber efeknya lebih parah ketimbang perundungan secara tradisional. (Foto: NU Online).
Devo mengisyaratkan perundungan siber efeknya lebih parah ketimbang perundungan secara tradisional. (Foto: NU Online).

Jakarta Timur, NU Online Jakarta


Dunia pendidikan tengah dihebohkan oleh maraknya perundungan oleh siswa SMP di wilayah Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. Kejadian tersebut membuat sebagian besar orang tua bertanya, apa motif pelaku sehingga dengan teganya melakukan perundungan sampai menimbulkan kekerasan fisik. Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indoensia (Unusia) Jakarta Devie Yundianto mengungkapkan bahwa perundungan saat ini terbagi menjadi dua jenis, pertama perundungan tradisional dan perundungan di dunia maya (siber).


"Saat ini kita mengenal ada istilah bullying (perundungan) yang tradisional dan cyber bullyying, keduanya itu berbeda. Bullying yang tradisional itu sifatnya yang langsung bertemu dan dia dirundung secara langsung ada orangnya atau fisiknya. Kalo cyber bullying itukan dirundung melalui sosial media, itu tidak tergantung oleh waktu (kapan saja dan dimana saja)," katanya kepada NU Online Jakarta, Senin (2/9/2023) lalu.


Kepala Laboratorium Psikologi Unusia Jakarta itu membeberkan bahwa terdapat rentan usia ketika seseorang melakukan perundungan. Pertama, usia anak-anak. Kedua, usia remaja. Dan ketiga, usia dewasa. 


"Sebagian pelaku ini tergantung dari usia dahulu sebenarnya, bullying itu terjadi yang paling sering dimasa-masa anak-anak dan remaja, walaupun dimasa dewasa awal juga ada bullying namun konteksnya berbeda," katanya.


Devo sapaannya itu mengungkapkan gambaran secara umum bahwa relasi atau hubungan anak-anak sampai memasuki masa remaja adalah jaringan pertemanan disekolahnya maupun dengan orang-orang yang dikenal di dunia maya 


"Kalo untuk usia dewasa, cyber bullying-nya selalu relasinya dengan pekerjaan kantor kebanyakan," jelasnya.


Lebih mendalam, Devo membeberkan penyebab seseorang menjadi perundung untuk orang lain. Menurutnya yang menjadi faktor pertama adalah personal (pribadi), yaitu ketika memiliki kepribadian yang inklusif (tindakan mengajak) dan agresif (tingkah laku menyakiti). Dalam faktor personal tersebut, menurut Devo terdapat pula permasalahan kesehatan mental (mental health) terganggu yaitu ketika seseorang memiliki depresi dan kecemasan.


"Ketika orang memiliki depresi dan kecemasan menurut riset mereka juga punya kecenderungan menjadi pelaku," tegasnya.


"Untuk personal lainnya itu dahulunya mereka pernah pernah menjadi korban bullying, akhirnya mereka meneruskan rantai mereka sehingga yang darinya menjadi korban sehingga menjadi pelaku," sambungnya.


Faktor kedua menurut Devo adalah keluarga, karena sebagaian besar orang-orang yang melakukan perundungan itu disebabkan pola asuhan yang kurang baik. Devo membaginya menjadi dua jenis, yaitu yang diabaikan keluarganya dan memiliki keluarga yang otoriter.


Devo menegaskan jika seseorang yang memiliki keluarga yang otoriter kecenderungan menjadi pelaku perundungan di kehidupan nyata akan lebih tinggi. Dibandingkan dengan seseorang yang memiliki keluarga yang abai, karena orang tersebut akan melampiaskan kekesalannya melalui media sosial atau di dunia maya.


"Karena ketika mereka diabaikan ataupun atau strich parents (orang tua yang ketat), mereka akan stres yang cukup tinggi sehingga salah satu jalan keluar mereka adalah mereka akan lari ke sosial media ataupun ke internet dimana ketika mereka di internet dan sosial media itu, mereka akan melakukan yang membuat mereka senang, salah satu dari produk kesenangan itu adakah cyber bullying," jelasnya.


Penyebab ketiga menurut Devo adalah faktor teman, walaupun orang tersebut tidak menjadi perundung secara natural, akan tetapi akan mengikuti kebiasaan orang-orang disekellilingnya.


Lebih dalam, Devo mengisyaratkan perundungan siber efeknya lebih parah ketimbang perundungan secara tradisional. Penyebabnya adalah jika perundungan secara tradisional ini dapat menjauh dan terikat dari jarak maupun waktu, sehingga korban dapat menjauh.


"Tapi kalo mereka terkena cyber bullying lebih parah karena terkena bullying nya itu bisa setiap saat. Mereka bisa mengakses internet para cyber bullying itu, kita mau atau tidak harus melihat itu apalagi rentan usianya adalah anak-anak dan remaja," pungkasnya.


Pewarta: Haekal Attar
Editor:


Editor:

Nasional Terbaru