• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Bukan Tirai Penghalang, Islam Dukung dan Apresiasi Kiprah Kaum Perempuan

Bukan Tirai Penghalang, Islam Dukung dan Apresiasi Kiprah Kaum Perempuan
Putri Ariani, sang peraih tiket Golden Buzzer di ajang America's Got Talent 2023. (Foto: IG @arianinismaputri).
Putri Ariani, sang peraih tiket Golden Buzzer di ajang America's Got Talent 2023. (Foto: IG @arianinismaputri).

Putri Ariani merupakan penyanyi muda asal Indonesia yang belakangan namanya banyak disebut dalam berbagai media. Perempuan yang menggeluti karier di dunia tarik suara ini membuktikan kemampuannya bersaing di ajang internasional America’s Got Talent.


Selain memiliki suara emas, kepopuleran Putri semakin meningkat sebab status yang disandangnya yang merupakan seorang muslimah. 


Di samping itu yang menjadikan nama Putri semakin spesial adalah karier gemilang di tengah keterbatasan yang miliknya. Kendati keterbatasan untuk melihat yang dialaminya sejak usia 3 bulan, tidak memutuskan semangatnya untuk meraih cita-cita.


Melihat pencapaian yang diraih oleh Putri tersebut menjadi satu bukti bahwa Islam mendukung dan mengapresiasi kiprah kaum perempuan. Status perempuan tidak menjadi tirai penghalang baginya untuk berkreasi.


Status Perempuan Bukan Penghalang


Jauh sebelum Putri, sejarah Islam mencatat bahwa banyak perempuan yang turut berkontribusi dalam perjuangan agama.


Dalam buku Pandangan Hukum Islam terhadap Wanita Karir karya Dwi Runjani Juwita disebutkan bahwa perempuan-perempuan tersebut ikut berkiprah dan menuangkan kontribusinya dalam bidang ilmu pengetahuan, kepemimpinan, hingga dunia bisnis.


Mereka di antaranya adalah Siti Khodijah, Aisyah r.a., Asma’ binti Abu Bakar, dan Nusaibah binti Ka’ab. Dalam salah satu Hadits disebutkan bahwa sahabat Nusaibah binti Ka’ab menjadi perempuan yang turun untuk melindungi Rasulullah saat kecamuk perang Uhud.


عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه كان يتحدث عن أم عمارة, نسيبة بنت كعب , سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول يوم أحد ; (ما التفت يمينا ولا شمالا إلا وأنا أراها تقاتل دوني). أخرجه ابن سعد


“Umar bin Khattab Ra bercerita mengenai ibu Amarah, yaitu Nusaibah binti Ka’ab-menuturkan bahwa Rasulullah Saw menceritakan tentang Nusaibah binti Ka’ab ketika perang Uhud. Setiap aku menoleh ke kiri maupun ke kanan, aku melihatnya gigih bergelut untuk melindungiku,” (HR Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya Juz 8 halaman 415). 


Berdasarkan Hadits di atas, Rasulullah mengakui perjuangan Nusaibah binti Ka’ab, khususnya kegigihannya di medan perang. Hal ini pula yang menunjukkan bahwa perempuan bukan menjadi tirai penghalang dalam menorehkan kiprah juga kerja-kerja nyata dalam kehidupan.


Keterbatasan Fisik Tidak Jadi Alasan


Telah disebutkan sebelumnya, Putri merupakan seseorang yang menyandang tuna netra sejak usianya 3 bulan. Kendati demikian, keterbatasan fisik tidak menjadi alasannya untuk berhenti bercita-cita. Potensi terus Ia gali berkat dukungan orang tua dan kerabat sekitar yang terus mengalir. 


Sejarah mencatat, beberapa tokoh besar dalam dunia Islam lahir dengan keterbatasan fisik, khususnya tuna netra. Bahkan salah satu sahabat Rasulullah yaitu Ibnu Ummi Maktum menjadi sebab turunnya surah Abasa kepada Rasulullah.


Ibnu Ummi Maktum merupakan salah satu dari  tujuh orang yang berani menampakkan keislamannya saat di Makkah. Kendati memiliki kekurangan fisik yaitu tidak dapat melihat, akan tetapi Ibnu Maktum banyak mengambil peran dalam memperjuangkan Islam.


Pasca perang Badar, Ia menjadi muadzin kedua sesudah Bilal bin Rabbah.Selain itu, Ia juga pernah ditugaskan oleh Rasulullah untuk mengimami shalat umat Muslim di Madinah saat beliau pergi ke medan perang.


Selain Ibnu Ummi Maktum, salah satu ulama yang lahir dalam keadaan tunanetra yaitu Imam Asy Syathibi Al Andalusi. Beliau merupakan seorang ulama besar dalam bidang ilmu Qira'at pada zamannya.


Kedua tokoh di atas telah membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk menggali potensi diri. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih apa yang dicita-citakan.


Tinggal kembali lagi pada diri orang tersebut, maukah dia berjuang? Maukan dia meminta kepada Allah dengan sepenuh hati untuk menuntun apa yang dicita-citakannya tersebut?


Sebagaimana firman Allah dalam surah ar-Ra'd ayat 11 yang berbunyi:


لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ 


“Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”


Berkenaan dengan ayat di atas, Imam Baidhawi dalam kitabnya Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil berpendapat:


 إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ من العافية والنعمة. حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ من الأحوال الجميلة بالأحوال القبيحة   


“Sesungguhnya Allah tidak mengganti sesuatu yang ada pada kamu dari kesehatan dan kenikmatan sampai mereka mengubah dengan individu mereka dari keadaan yang baik dengan keadaan yang buruk," (Lihat Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, juz 3, hal. 183)  


Ayat di atas pula yang menjadi pegangan motivasi setiap muslim untuk berbuat yang terbaik dan berjuang maksimal merupakan langkah positif. Selain itu, ayat di atas juga mendorong agar manusia mampu merawat anugerah dari Allah tidak berubah menjadi buruk karena perilaku yang diperbuat.


Pada konteks ini pula, Putri Ariani mencontohkan kepada generasi sekarang bahwa perjuangan tidak boleh putus hanya karena perempuan ataupun sebab memiliki keterbatasan. 


Kuncinya kesuksesan adalah bagi mereka yang mau dan mampu untuk meraih hal tersebut menjadi kenyataan. Oleh karena itu, Islam selalu mendukung dan mengapresiasi kiprah kaum perempuan dimanapun mereka berada. Wallahu’alam.


Isyatami Aulia, Sarjana Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, Pegiat Kajian Al-Qur’an.


Keislaman Terbaru