• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 4 Mei 2024

Nasional

Belajar dari Soto Kudus, Yenny Wahid Ajak Anak Muda Rawat Kebinekaan

Belajar dari Soto Kudus, Yenny Wahid Ajak Anak Muda Rawat Kebinekaan
Yenny Wahiddalam Islami Fest 2023 di Hotel Red Top, Jalan Pecenongan, Gambir, Jakarta Pusat, pada Sabtu (10/6/2023). (Foto: NU Online Jakarta/Suwitno).
Yenny Wahiddalam Islami Fest 2023 di Hotel Red Top, Jalan Pecenongan, Gambir, Jakarta Pusat, pada Sabtu (10/6/2023). (Foto: NU Online Jakarta/Suwitno).

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta


Putri Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid mengajak para anak-anak muda Indonesia untuk merawat kebinekaan dan memberikan penghargaan atas perbedaan. 


Untuk bisa merawat kebinekaan itu, Yenny mengajak anak-anak muda agar bisa belajar dari semangkuk Soto Kudus. Dulu, Sunan Kudus tidak menyembelih sapi untuk menghormati penganut Hindu. Kemudian, Sunan Kudus dan para pengikutnya menciptakan makanan soto berbahan dasar kerbau. Makanan ini dikenal dengan nama Soto Kudus. 


“Keragaman kita (tergambar) dalam semangkuk soto kerbau, ketika Sunan Kudus meminta pengikutnya tidak menyembelih sapi untuk menghormati penganut Hindu, pengikutnya menjadi kreatif dan menciptakan tradisi baru yaitu soto kerbau yang kita kenal sebagai Soto Kudus," jelasnya dalam Islami Fest 2023 di Hotel Red Top, Jalan Pecenongan, Gambir, Jakarta Pusat, pada Sabtu (10/6/2023).


Ia menilai, keberhasilan Indonesia mengelola perbedaan tak lepas dari keberadaan Pancasila sebagai ikrar suci yang menyatukan masyarakat dalam naungan NKRI. Pancasila, lanjutnya, memastikan setiap umat beragama saling menghormati keyakinan satu sama lain.


Perempuan aktivis Nahdlatul Ulama itu berpesan pada anak-anak muda bahwa keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah kekuatan yang harus dipertahankan. Keragaman bukan sesuatu yang sifatnya terberi, tetapi harus dijaga, dirawat, dan dirayakan bersama-sama. 


“Eropa membatasi keberagamaan karena pernah punya sejarah konflik agama yang begitu lama, di sinilah anak-anak muda Indonesia harus menjadi teladan, harus menjadi duta Islam rahmatan lil alamin, menunjukkan pada dunia bahwa Islam adalah pembawa kebaikan untuk semua," terangnya.


Keberagamaan di Indonesia sangat berbeda dengan di luar negeri. Sebagai contoh, kata Yenny, kehidupan beragama warga negara di negara-negara Eropa sangatlah sulit. Bahkan, ekspresi keagamaan di ruang publik juga terbatas


“Di Eropa, masyarakat (yang) beragama (itu) susah hidupnya, (mereka) sulit untuk mengeluarkan ekspresi beragama di ruang publik," ungkapnya.


Sementara di Indonesia, Yenny mengungkapkan kekagumannya terhadap ekspresi keagamaan di Indonesia yang sangat berbeda akan tetapi saling rukun, bahkan negara sampai ikut memfasilitasinya.


"Di Indonesia (ekspresi beragama) itu bebas, kita saling menghormati, negara bahkan memfasilitasi para pemeluk agama, di sana tidak bisa," pungkasnya. 


Pewarta: Haekal Attar
Editor: Aru Elgete


Editor:

Nasional Terbaru