Jakarta Raya

Ketua PWNU Jakarta Sebut Program Manggarai Bersholawat Terapkan Tradisi NU

Sabtu, 24 Mei 2025 | 08:30 WIB

Ketua PWNU Jakarta Sebut Program Manggarai Bersholawat Terapkan Tradisi NU

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Maarif. (Foto: NU Online Jakarta).

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera menggelar program "Manggarai Bersholawat" dalam waktu dekat. Pemprov merancang program tersebut untuk mengatasi tawuran di Jakarta, khususnya di kawasan Manggarai.

 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta KH Samsul Ma'arif mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya, NU memiliki tradisi mendamaikan permasalahan dengan mengumandangkan sholawat ketika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak.

 

"Apa yang dilakukan oleh Mas Pram itu adalah cara tradisi NU ketika menghadapi perselisihan," ujar Kiai Samsul kepada NU Online Jakarta, pada Sabtu (24/5/2025).

 

Kiai Samsul menjelaskan bahwa NU menggunakan sholawat sebagai wasilah untuk meredakan ketegangan dan menyatukan perbedaan, baik dalam ranah fisik maupun intelektual.

 

Kiai Samsul juga menjelaskan bahwa dalam forum-forum NU, ketika perbedaan pendapat mulai memunculkan ketegangan emosional, para peserta mengumandangkan sholawat untuk meredakan suasana.

 

"Itu biasa sidang di muktamar, di konferensi ketika terjadi perdebatan keras yang menimbulkan emosi maka kuncinya untuk meredakan ya baca sholawat," katanya.

 

Namun, ia menyebut bahwa program "Manggarai Bersholawat" saja tidak mencukupi untuk menyelesaikan masalah tawuran.

 

Oleh sebab itu, Kiai Samsul mengusulkan agar Gubernur mempertemukan pemimpin kedua kelompok yang bertikai untuk membangun kedekatan antara keduanya.

 

"Seperti itu cara Al Qur'an ketika ada kelompok-kelompok yang berkonflik, Karena ini juga tugas tokoh agama, tugas para pemimpin untuk melakukan gerakan perdamaian," tutur Kiai Samsul.

 

Ia juga menyoroti pendidikan di Jakarta yang berfokus pada pengembangan pengetahuan tanpa memperkuat pendidikan karakter. Menurut Kiai Samsul, salah satu pendidikan karakter adalah mengajarkan akhlaq mulia kepada anak.

 

Kiai Samsul meminta pemerintah meningkatkan pendidikan karakter di sekolah yang ada di Jakarta, serta melibatkan tokoh agama untuk membangun karakter anak.

 

Sebagai contoh, Kiai Samsul menyarankan pemerintah melibatkan tokoh Muhammadiyah atau NU tiga bulan sekali sebagai ajang bapak menyapa anak.

 

"Tawuran anak-anak ini menjadi bahan introspeksi dan evaluasi bagi pemerintah tentang kurikulum pendidikan, agar tidak hanya mendidik anak itu punya kecerdasan intelektual tetapi bagaimana anak itu mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual," pungkasnya.