Jakarta Raya

Meski Jadi Mitra, Ketua PWNU Jakarta Minta Nahdliyin Kritis terhadap Kebijakan Pemerintah

Senin, 28 April 2025 | 11:00 WIB

Meski Jadi Mitra, Ketua PWNU Jakarta Minta Nahdliyin Kritis terhadap Kebijakan Pemerintah

Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Maarif dalam acara Halal Bihalal PWNU DKI Jakarta bersama keluarga besar Nahdlatul Ulama se-DKI Jakarta di Masjid Al-Awwabin, Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Jakarta Selatan, Ahad (27/4/2025). (Foto: NU Online/Alaika)

Jakarta Selatan, NU Online Jakarta


Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif meminta pengurus NU dan warga Nahdliyin untuk bersikap kritis terhadap kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meskipun para kyai NU mempunyai kedekatan khusus dengan Gubernur.


Kiai Samsul menyebutkan bahwa hubungan NU dengan pemerintah adalah shadiqul hukumah atau sebagai mitra dalam penerapan kebijakan. Ia menyampaikan bahwa prinsip ini yang digunakan NU untuk mendukung program pemerintah dengan tetap menjaga prinsip amar ma'ruf nahi munkar.


Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Halal Bihalal PWNU DKI Jakarta bersama keluarga besar Nahdlatul Ulama se-DKI Jakarta di Masjid Al-Awwabin, Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Jakarta Selatan, Ahad (27/4/2025). 

 

"NU adalah shadiqul hukumah, teman sejati pemerintah. Kalau benar, kita dukung. Kalau ada yang keliru, kita ingatkan dengan cara yang baik," ujarnya.


Kiai Samsul menjelaskan kalimat “Shadiq” atau teman yang baik adalah teman yang senantiasa mau membenarkan, bukan teman yang suka membenar-benarkan. Ia pun mengutip ungkapan Mustofa al-Gholayaini dalam kitab ‘idloh An-Syi’iin yaitu “Shadiquka man Shadaqaka, la man shaddaqaka."

 

“Jadi NU harus tetap konsisten kritis dan memberikan masukan yang baik kepada pemerintah dan mengingatkanya jika kebijakannya tidak berpihak kepada masyarakat, sekaligus memberikan apresiasi jika kebijakan pemerintah positif dan manfaat bagi warga semua,” jelasnya.


Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, halalbihalal merupakan tradisi luhur yang telah mengakar dalam budaya umat Islam Indonesia. 

 

"Momentum ini tidak hanya menjadi sarana silaturahmi, tetapi juga wujud nyata dari ajaran Rasulullah tentang pentingnya saling memaafkan, merajut persaudaraan, dan menjaga ukhuwah Islamiyah," katanya.


Pramono menuturkan, sejak didirikan pada 1926, NU konsisten menjaga nilai-nilai akidah, menguatkan tradisi, serta menjadi pelopor moderasi beragama.


Pramono menuturkan PWNU DKI Jakarta adalah mitra strategis pemerintah dalam membina umat, memperkuat nilai-nilai keislaman, serta menjaga harmoni di tengah keberagaman masyarakat Jakarta.

 

"Oleh karena itu, kami menyampaikan apresiasi kepada PWNU DKI Jakarta atas dedikasi dalam membangun masyarakat yang inklusif, moderat, dan berkeadaban. Peran NU dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta penguatan toleransi menjadi pilar penting dalam kehidupan masyarakat Jakarta yang rukun dan harmonis," jelasnya.