Jakarta Raya

Muslimat NU Jakarta Gagas Gerakan Berbagi Satu Telur untuk Atasi Stunting

Selasa, 27 Agustus 2024 | 14:00 WIB

Muslimat NU Jakarta Gagas Gerakan Berbagi Satu Telur untuk Atasi Stunting

Wakil Ketua PW Muslimat NU DKI Jakarta Ita Rahmawati saat acara Sosialisasi Pencegahan Stunting dan Pengembangan Potensi Tumbuh Kembang Anak yang digelar di Kantor PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya 112, Jakarta Timur, Selasa (27/8/2024). (Foto: NU Online Jakarta/Alfi Syahri Hilman)

Jakarta Timur, NU Online Jakarta

Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) DKI Jakarta mengagas program mandiri untuk mengatasi stunting di DKI Jakarta. Program tersebut dinamakan "Gerakan Berbagi Satu Telur" berupa pembagian satu telur kepada anak-anak dimulai dari tetangga sekitar.

 

Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua PW Muslimat NU DKI Jakarta Ita Rahmawati saat acara Sosialisasi Pencegahan Stunting dan Pengembangan Potensi Tumbuh Kembang Anak yang digelar di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya 112, Jakarta Timur, Selasa (27/8/2024).

 


"Kami memiliki program stunting yang bersifat mandiri. Melalui Gerakan Berbagi Satu Telur, kami mengajak masyarakat untuk berbagi minimal satu telur kepada tetangga yang terlihat memiliki anak-anak dengan gejala stunting,” ujarnya kepada NU Online Jakarta

 

Ita menjelaskan, guna merealisasikan gerakan tersebut, Muslimat DKI Jakarta melakukan sosialisasi ke majelis taklim hingga ke lembaga pendidikan di bawah naungan Muslimat NU. Mereka, nantinya akan menjadi yang akan menggerakkan di akar rumput.

 

“Kami juga melakukan sosialisasi ke majelis taklim, kemudian sekolah-sekolah, PAUD dan RA yang dibawah naungan Muslimat NU,” jelasnya.

 

Ita menerangkan ada dua faktor utama penyebab stunting, Pertama, yaitu, Kemiskinan. Ia menilai masyarakat miskin atau tidak mampu, sulit memberikan gizi yang baik kepada anak-anak mereka. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

 

Kedua, Rendahnya pengetahuan orang tua memahami dan mengenali gejala stunting secara fisik, seperti tinggi badan yang lebih rendah dari umur anak secara umum, daya tangkap anak yang rendah dan nafsu makan yang kurang.

 

“Rendahnya pendidikan orang tua yang belum teredukasi mengenai masalah stunting ini. Jadi dia tidak tahu seperti apa stunting dan cara mengatasinya,” terangnya.

 

Untuk memperkuat program ini, Ita menuturkan Muslimat NU DKI Jakarta berencana akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jakarta dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Ia berharap Kerja sama ini meningkatkan edukasi secara menyeluruh bagi orang tua dan anak dalam pencegahan stunting.

 

“Sehingga nanti bisa bersinergi dengan baik, jadi ada edukasi untuk orang tuanya dan pencegahan untuk anak-anaknya,” tuturnya.

 

Selain itu, dalam implementasi gerakan tersebut, Ita memaparkan Muslimat NU DKI Jakarta juga akan memberdayakan struktur organisasi yang ada, mulai dari tingkat cabang, anak cabang, ranting, hingga anak ranting di seluruh Jakarta.

 

Dengan demikian, Ita berharap gerakan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya stunting dan cara pencegahannya, serta memberikan bantuan langsung kepada keluarga yang membutuhkan.


“Kami akan memanfaatkan seluruh jaringan Muslimat NU di Jakarta untuk mensukseskan program ini," tandasnya.