PWNU Jakarta Tekankan Peran Keluarga Cegah Kenakalan Remaja
Ahad, 1 Juni 2025 | 12:00 WIB

Sekretaris PWNU DKI Jakarta KH. Bahaudin saat menyampaikan materi dalam acara sosialisasi pencegahan kekerasan remaja di Ma'had Aly Zawiyah Jakarta pada Kamis (29/05/2025). (Foto: NU Online Jakarta/Arif)
Agus Zehid
Penulis
Jakarta Timur, NU Online Jakarta
Sekretaris PWNU DKI Jakarta KH. Bahaudin (Gus Baha) menekankan pentingnya peran keluarga dalam mencegah kenakalan remaja di lingkungan pesantren. Hal ini disampaikan dalam sosialisasi yang digelar Rabhithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Jakarta dengan tema 'Pencegahan Bullying dan Kenakalan Remaja di Lingkungan Sekolah (Pesantren)' di Ma'had Aly Zawiyah Jakarta Timur pada Kamis (29/5/2025).Â
Gus Baha menekankan peran vital orang tua dalam mencegah anak-anak mereka terlibat dalam kenakalan remaja. Menurutnya, pendidikan pesantren tidak dapat berjalan optimal tanpa dukungan penuh dari keluarga.
"Di Pondok Pesantren ternyata gak kalah susahnya untuk mencegah hal-hal buruk ke mereka. Maka jangan mengira anak masuk pesantren, langsung beres, karena tanpa dukungan dari orang tua, itu juga tidak akan terjadi bapak-ibu sekalian," tegasnya dalam sosialisasi tersebut.
Gus Baha menjelaskan bahwa pendidikan pesantren memerlukan proses panjang dan dukungan berkelanjutan dari orang tua untuk membentuk karakter anak. Ia menyoroti fenomena di mana remaja pesantren menunjukkan perilaku baik di pondok namun berubah menjadi nakal ketika berada di luar lingkungan pesantren.
Pemateri menjelaskan dampak luas kenakalan remaja yang tidak hanya merugikan individu, tetapi juga menimbulkan kerugian sosial dan kolektif. Ia menyoroti berbagai dampak negatif yang akan dirasakan masyarakat luas.
"Masa depan remaja yang terancam, gangguan ketertiban umum, korban jiwa dan luka-luka, kerugian materi dan citra jakarta yang kurang baik," jelasnya.
Kondisi ini tercermin dari data Indeks Kota Toleran (IKT) Tahun 2024 yang dirilis SETARA Institute di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (27/5/2025), di mana Jakarta tidak masuk dalam 10 kota besar paling toleran di Indonesia pada tahun 2024.
Gus Baha mengidentifikasi bahwa tawuran dapat dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal muncul dari dalam diri remaja yang karakternya tidak berubah meski telah menjalani pendidikan, sementara faktor eksternal berasal dari lingkungan sekitar, keluarga, dan pergaulan.
Untuk mencegah kenakalan remaja, Gus Baha mengusulkan beberapa langkah preventif yang perlu diterapkan oleh RMI. Ia menyampaikan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai pihak dalam upaya pencegahan.
"Ada langkah yang perlu diterapkan, di antaranya RMI Perlu membuat sosialisasi dan edukasi, pembentukan kader anti tawuran, pengembangan ekstrakurikuler, kerja sama dengan pihak terkait seperti biro dikmental, perkuat jaringan alumni pondok pesantren, program khusus pendidikan untuk pelaku tawuran, membuat pengawasan pesantren terhadap remaja dalam binaan," jelasnya.
Gus Baha menegaskan posisi strategis pesantren sebagai pilar pendidikan bangsa yang memiliki keunggulan dalam penanaman nilai spiritual dan budaya disiplin. Menurutnya, pesantren memiliki peran kunci dalam membentuk karakter positif remaja.
"Pesantren adalah kunci pencegahan dari kenakalan remaja, karena apa, di pesantren itu penanaman nilai agama dan moral, disiplin dan tanggung jawab, pembentukan karakter positif, lingkungan kondusif dan kegiatan yang positif," imbuhnya.
Terpopuler
1
Begini Alasan Arab Saudi Tunda Skema Tanazul Haji
2
Soal Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
3
PWNU Jakarta Tekankan Budaya Betawi untuk Pemberdayaan Masyarakat
4
Jelang Idul Adha, Pedagang Keluhkan Penurunan Penjualan Hewan Kurban
5
IPNU Jakut Teguhkan Kaderisasi Berbasis Lokal dan Kebangsaan
6
PWNU Jakarta Apresiasi Larangan Ondel-ondel untuk Mengamen
Terkini
Lihat Semua