• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 29 April 2024

Nasional

RAMADHAN

KH Taufik Damas Jelaskan Makna Pengampunan di Sepuluh Hari Kedua Ramadhan

KH Taufik Damas Jelaskan Makna Pengampunan di Sepuluh Hari Kedua Ramadhan
KH Taufik Damas dalam sebuah pengajian di TVNU. (Foto: dok facebook Taufik Damas)
KH Taufik Damas dalam sebuah pengajian di TVNU. (Foto: dok facebook Taufik Damas)

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta


Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas menjelaskan makna pengampunan di sepuluh hari kedua Ramadhan. Hal tersebut selaras dengan hadits Nabi yang membagi Ramadhan menjadi tiga bagian. 


"Sepuluh pertama itu rahmat dan kasih sayang, sepuluh kedua itu ampunan. Kalau kita kontekstualisasikan ampunan sebenarnya artinya kan kita dimaafkan oleh Allah atas segala dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Kita menggapai ampunan itu," jelas Kiai Taufik dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah di Kanal YouTube tvOneNews, Ahad (2/4/2023). 


Kiai Taufik menerangkan, prinsip saling memaafkan antarsesama menjadi hal yang lebih penting sebelum meminta ampunan Allah. Ia mencontohkan mengenai permasalahan dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 yang melahirkan dua kubu yang saling menyalahkan atas ketetapan tersebut. 


"(Adanya) menyalahkanlah satu sama lain, nah, harusnya itu tidak perlu diterus-teruskan, faktanya memang kita sebagai bangsa ini gagal untuk menjadi tuan rumah piala Dunia dengan berbagai alasan," terang Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo itu.


Menurut Kiai Taufik, momen sepuluh hari kedua Ramadhan harus dimanfaatkan untuk merefleksi diri, meminta ampunan pada Allah, dan memaafkan setiap orang yang berbuat kesalahan. 


"Di bulan Ramadhan itu melatih diri itu siang dan malam. Kalau cuma menahan makan, menahan haus itu waktu siang saja. Tapi soal menahan sabar, juga ikhlas, mengontrol diri, menahan emosi sampai malam pun harus begitu," papar Kiai Taufik saat ditanya mengenai sabar dalam puasa. 


Sebab tujuan dari puasa itu agar menjadi orang yang bertakwa. Ciri dari takwa di dalam Al-Qur'an adalah orang yang mampu mengontrol emosi, dan itu dilatih di momentum Ramadhan, baik siang maupun malam. 


"Kalau ada orang di siang mampu mengontrol emosi kemudian malam malah melampiaskan itu namanya dia seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi, banyak orang yang berpuasa hanya membuat dirinya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja," tegasnya. 


"Tidak membentuk dirinya menjadi yang sabar, orang yang mampu mengontrol diri, orang yang ramah dan orang yang mencintai. (Orang) yang begitu sangat disayangkan," tambahnya. 


Dalam kesempatan itu, Kiai Taufik juga membahas mengenai orang yang selalu rajin beribadah akan tetapi berlaku kasar kepada sesama, seperti melontarkan ujaran kebencian dan provokasi. Perbuatan itu menunjukkan tidak selarasnya antara ibadah dengan perbuatan sehari-hari. Kiai Taufik menilai perbuatan tersebut tidak dibenarkan dalam Islam. 


"Dosa kepada manusia itu lebih berbahaya dari dosa kita kepada Allah. Karena kalau dosa kepada Allah itu kita istighfar mohon ampun, menyesali perbuatan itu dan berjanji tidak mengulangi selesai pasti diampuni," tegas Kiai Taufik. 


Namun kalau dosa kepada manusia, terlebih berkaitan dengan ujaran kebencian dan menyakiti hati seseorang, maka akan dituntut di akhirat nanti. Nabi Muhammad pernah mengingatkan bahwa ada orang yang di akhirat nanti bangkrut, karena pahala dari amal ibadah yang dilakukan seseorang itu diambil untuk orang-orang yang pernah dizaliminya. 


"Habis pahalanya sementara orang yang dizalimi masih ada yang menuntut akhirnya dosa orang yang dizalimi diambil dikembalikan kepada diri orang yang menzalimi itu. Itulah kata Nabi Muhammad orang yang bangkrut itu," katanya. 


Kiai Taufik menyebutkan bahwa orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak mampu menunjukkan perilaku sosialnya yang baik itu merupakan fenomena aneh yang tetapi seringkali dilakukan oleh manusia. 


"Karena tidak memahami makna ibadah yang sesungguhnya," pungkas Kiai Taufik.


Pewarta: Khoirul Rizqy At-Tamami
Editor: Aru Elgete


Editor:

Nasional Terbaru