Syariah

Bolehkah Melakukan Gerakan Lain Ketika Shalat? 

Senin, 10 Maret 2025 | 09:00 WIB

Bolehkah Melakukan Gerakan Lain Ketika Shalat? 

Bolehkah Melakukan Gerakan Lain Ketika Shalat? (Foto: Freepik)

Sebagai umat Muslim, shalat merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi yang baligh dan berakal. Dalam melaksanakan shalat seseorang diusahakan untuk tetap fokus dan khusyuk. Gerakan shalat juga harus sesuai dengan ketentuan yang ada. 


Namun ketika melaksanakan shalat, terkadang seseorang melakukan gerakan di luar gerakan shalat. Seperti menggaruk badan yang gatal, memperbaiki sorban, atau mematikan handphone ketika sedang shalat berjamaah. 


Lalu bagaimana fiqih melihat permasalahan tersebut, Apakah seseorang yang shalat diperbolehkan melakukan sesuatu selain gerakan shalat? 

 

Gerakan shalat dilakukan sesuai dengan ketentuannya yang ada. Seseorang yang shalat dianjurkan untuk meninggalkan pekerjaannya seraya khusyuk dalam melaksanakan ibadahnya. 

 

Adapun jika terpaksa melakukan sesuatu di luar gerakan shalat, maka shalat tersebut tidak secara langsung batal. Dengan catatan, gerakan yang ringan atau sedikit. 


Penjelasan ini berangkat dari hadits Nabi yang menggengdong Umamah ketika melakukan shalat. 

 

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ، بِنْتِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ، فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا، وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا

 

Artinya: dari Abu Qatadah Al Anshari, bahwa Rasulullah pernah salat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah." Dan (Umamah adalah) putri dari Abu Al-'Ash bin Rabi'ah bin 'Abdu Syamsi radhiallahu'anhu, "Jika sujud beliau letakkan anak itu dan bila berdiri beliau gendong lagi." (H.R. Bukhori: 516) 

 

Hadits di atas menjadi dalil kebolehkan melakukan gerakan lain di dalam shalat. Hal demikian itu telah disepakati oleh para ulama. 

 

وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ (مِنْهُ إِلَّا) الْقَلِيلُ الَّذِي لَا يُخْرِجُ الْمُصَلِّيَ عَنْ عَمَلِ صَلَاتِهِ إِلَى غَيْرِهَا وَلَا يَشْتَغِلُ بِهِ عَنْهَا نَحْوَ حَكِّ الْجَسَدِ حَكًّا غَيْرَ طَوِيلٍ (وَأَخْذِ الْبَرْغُوثِ) وَقَتْلِ الْعَقْرَبِ بِمَا خَفَّ مِنَ الضَّرْبِ

 

Artinya: Para ulama sepakat bahwa seseorang tidak boleh melakukan gerakan lain ketika shalat, kecuali sedikit. Sepanjang orang tersebut tidak keluar dari pekerjaan shalatnya dan tidak menghilangkan khusyuknya shalat. Seperti menggaruk badan sedikit, mengambil kutu, membunuh kalajengking dengan pukulan/gerakan yg ringan. (Ibn Abdil Barr, Al-Iztidzkar, {Beirut, Dar El-Kotob: 2000 M} juz II. halaman 274).

 

Selain itu Imam An-Nawawi juga membolehkan seseorang melakukan gerakan yang sedikit. Sekalipun dilakukan ketika mendirikan shalat. 

 

وَإِنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ مِنْ جِنْسِهَا فَإِنْ كَانَ قَلِيلًا مِثْلَ إنْ دَفَعَ مَارًّا بَيْنَ يَدَيْهِ أَوْ ضَرَبَ حَيَّةً أَوْ عَقْرَبًا أَوْ خَلَعَ نَعْلَيْهِ أَوْ أَصْلَحَ رِدَاءَهُ أَوْ حَمَلَ شَيْئًا أَوْ سَلَّمَ عَلَيْهِ رَجُلٌ فَرَدَّ عَلَيْهِ بِالْإِشَارَةِ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ

 

Artinya: Apabila seseorang melakukan gerakan selain gerakan shalat, jika gerakannya sedikit seperti menghalangi pejalan kaki di hadapannya, memukul ular atau kalajengking, melepas sandal, membetulkan sorban, membawa barang, atau memberi isyarat ketika orang lain mengucapkan salam, maka tidak batal shalatnya. (Abu Zakariya Muhyiddin an-Nawawi, Makmu Syarh Al-Muhadzhab, {Cairo, Al-Muniro: 1347 H} juz IV, halaman 92).

 

Maka seseorang boleh melakukan gerakan kecil untuk suatu hajat tertentu. Termasuk menggaruk badan yang gatal atau mematikan handphone jika berbunyi di tengah-tengah shalat. Dengan catatan tidak menggerakkan tangan terlalu banyak. 

 

Kebolehan melakukan gerakan ketika shalat ini tentunya memiliki batasan. Sebab, gerakan yang terlalu banyak saat shalat juga dapat membatalkan ibadah shalat. 

 

وَإِنْ كَانَ عَمَلًا كَثِيرًا بِأَنْ مَشَى خُطُوَاتٍ مُتَتَابِعَاتٍ أَوْ ضَرَبَ ضَرَبَاتٍ مُتَوَالِيَاتٍ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ لِأَنَّهُ لَا تَدْعُو إلَيْهِ الْحَاجَةُ فِي الْغَالِبِ

 

Apabila melakukan gerakan yang banyak, seperti melangkah yang terus-menerus, atau bergerak secara berurutan, maka batal shalatnya. Sebab perilaku tersebut tidak termasuk hajat. (Abu Zakariya Muhyiddin an-Nawawi, Makmu Syarh Al-Muhadzhab, {Cairo, Al-Muniro: 1347 H} juz IV, halaman 92).

 

Adapun banyaknya gerakan shalat menurut madzhab Syafi'i ialah tiga gerakan yang dilakukan secara berturut-turut tanpa jeda. Berbeda halnya jika ketiga gerakan tersebut dilakukan secara terpisah, tidak berurutan, maka itu diperbolehkan. 

 

وَالْكَثْرَةُ بِالْعُرْفِ، فَالْخُطْوَتَانِ أَوْ الضَّرْبَتَانِ قَلِيلٌ، وَالثَّلَاثُ كَثِيرٌ إنْ تَوَالَتْ... لَا الْحَرَكَاتِ الْخَفِيفَةِ الْمُتَوَالِيَةِ كَتَحْرِيكِ أَصَابِعِهِ فِي سَبْحَةٍ، أَوْ حَكٍّ فِي الاصح

 

Adapun banyaknya gerakan dikembalikan kepada adat. Dua langkah atau dua gerakan itu termasuk sedikit, dan tiga gerakan termasuk banyak apabila dilakukan secara berurutan... Tidak membatalkan shalat yaitu gerakan ringan yang dilakukan secara berturut-turut, seperti menggerakkan jari di pakaian, atau menggaruk dengan jari, demikian menutup pendapat yang kuat. (al-Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad al-Khatib al-Syarbini, Mughni al-muhtaj ila ma'rifati ma'ani alfadz al-minhaj, {Jakarta, Dar Al-Kutib Al-Ilmiyah: 1994 M} juz I, halaman 418. 

 

Selain itu, gerakan yang dilakukan oleh bagian tubuh yang kecil itu seperti menggerakkan jari-jari tangan, termasuk diperbolehkan. Meskipun dilakukan secara terus menerus. Hanya saja dihukumi makruh sebagaimana menurut Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu'in. Hal tersebut dibolehkan selama tidak diniatkan untuk main-main.  

 

Demikian penjelasan melakukan gerakan ketika sedang shalat. Baiknya, seseorang menahan dirinya untuk melakukan gerakan selain gerakan shalat. Hal itu untuk menjaga khusuk ketika mendirikan shalat.