Gaya Hidup

Kenali Penyebab Stunting dan Cara Pencegahannya

Ahad, 10 November 2024 | 11:00 WIB

Kenali Penyebab Stunting dan Cara Pencegahannya

Kenali Penyebab Stunting dan Cara Pencegahannya (Ilustrasi: Freepik)

Jakarta, NU Online Jakarta

Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia, khususnya di daerah-daerah dengan akses layanan kesehatan terbatas. Melansir dari laman WHO, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat gizi buruk hingga stimulasi psikososial yang tidak memadai.


Stunting berawal dari pra konsepsi atau sebelum terjadi kehamilan, ketika seseorang menjadi ibu kurang gizi dan anemia. Secara garis besar, kondisi ini terjadi sejak anak dalam kandungan serta pada awal setelah mereka lahir. Namun, kondisi stunting akan nampak setelah anak berusia dua tahun.


Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI 2023), saat ini prevalensi stunting di Tanah Air berada di angka 21,5 persen. Angka ini hanya turun 0,1 persen dari data Survei Status Gizi Balita Indonesia 2022 sebesar 21,6 persen.


Ada beberapa faktor utama penyebab stunting, asupan makanan yang tidak seimbang, riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), adanya riwayat penyakit hingga kurangnya pengetahuan ibu terkait kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan.


Menurut Wahida Yuliana dan Bawon Nul Hakim dalam buku ‘Darurat Stunting dalam Melibatkan Keluarga’, terdapat beberapa faktor risiko stunting, di antaranya:


Pertama, pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola makan melalui pemilihan bahan makanan dari segi kualitas dan kuantitas. Pendidikan Ayah menjadi faktor yang mempengaruhi harta rumah tangga dalam memilih bahan-bahan konsumsi.


Sedangkan tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi status gizi anak karena ini berkaitan dengan pengetahuan gizi yang dimiliki. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin baik pula pemahamannya dalam memilih bahan makanan.

 

Kedua, pekerjaan orang tua. Hal ini memiliki andil besar dalam masalah gizi karena berkaitan erat dengan penghasilan keluarga yang mempengaruhi daya beli. Sebab pendapatan keluarga yang memadai akan lebih menunjang tumbuh kembang anak dengan tersedianya semua kebutuhan.


Ketiga, tinggi badan orang tua. Parameter ini menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan tidak sensitif dalam mendeteksi permasalahan gizi secara singkat. Pengukuran tinggi badan dimulai dari posisi berdiri dan diukur dari kepada bagian atas hingga telapak kaki.


Keempat, status gizi. Ini merupakan keadaan seseorang dari akibat mengonsumsi makanan beserta prosesnya sesuai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, stunting dapat menyebabkan penurunan IQ pada anak.
 

Stunting termasuk masalah kesehatan yang kompleks sehingga memerlukan upaya kolaboratif dari beberapa sektor untuk menangani secara efektif. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan stunting di Indonesia.

 

Mengutip dari laman Kementerian Sekretariat Negara (Kemsesneg), percepatan penurunan stunting pada balita merupakan program prioritas pemerintah, sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2020-2024.


Mengenai hal tersebut, pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun hingga 14 persen. Program ini langsung dipimpin oleh Wakil Presiden RI sebagai Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) Pusat.


Untuk menekan stunting, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) bersama PT Freeport Indonesia (PTFI), dan United States Agency for International Development (USAID) pun meluncurkan program Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia (PASTI)-Papua.


Selain itu, pencegahan stunting dapat dilakukan melalui kesadaran individu dengan pemenuhan gizi seimbang, pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, batasi mengonsumsi makanan manis asin dan berlemak, perbanyak makan buah dan sayur serta berolahraga.