Gaya Hidup

Mengenal Gejala dan Penyebab Cuci Darah pada Anak

Senin, 4 November 2024 | 08:50 WIB

Mengenal Gejala dan Penyebab Cuci Darah pada Anak

Ilustrasi ginjal, (foto: Freepik).

Jakarta, NU Online Jakarta

 

Kasus cuci darah pada anak sempat menjadi pembahasan hangat di media sosial. Apakah gejala dan penyebab cuci darah pada anak?

 

Mengutip laman clevelandclinic, cuci darah (dialisis) merupakan pengobatan bagi mereka yang ginjalnya tidak dapat berfungsi. Melansir dari Tim Redaksi VitaHealth dalam buku ‘Gagal Ginjal’, jika fungsi ginjal untuk membuang zat-zat sisa metabolik yang beracun serta kelebihan cairan pada tubuh menurun lebih dari 90 persen, maka ginjalnya tidak akan mampu berfungsii dengan baik sehingga harus dilakukan cuci darah.

 

Gagal ginjal terbagi menjadi dua jenis, gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal akut ditandai dengan penurunan fungsi ginjal dengan adanya peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya atau penurunan urine.

 

Berikut penyebab gagal ginjal akut, sebagaimana dikutip NU Online Jakarta menurut Deswita dalam buku ‘Sistem Perkemihan Gagal Ginjal Akut pada Anak dan Penanganannya’, Ahad (3/11/2024), di antaranya:

 

Pertama, penyebab prerenal yaitu berkurangnya aliran darah ke ginjal. Kedua, penyebab renal, di mana adanya kerusakan pada ginjal, dan ketiga penyebab postrenal, yakni aliran urine dari ginjal terganggu.

 

Sementara itu, gagal ginjal kronis merupakan gagal ginjal akut yang telah berlangsung lama sehingga mengakibatkan gangguan yang persisten dan bersifat berkesinambungan. Gagal ginjal kronis kerap menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya.

 

Gagal ginjal kronis disebabkan beberapa faktor, seperti glomerulonefritis, infeksi kronis, kelainan kongenital, penyakit vaskuler, gangguan jaringan penyambung, hingga penyakit metabolik.

 

Bukan hanya penderita gagal ginjal, pengidap diabetes pun melakukan pengobatan cuci darah. Melansir laman Kemkes, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023.

 

Selain itu, diabetes lebih banyak menyerang anak perempuan (59%) dibanding anak laki-laki. Melansir laman WHO, diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau gula darah yang menyebabkan kerusakan serius pada jantung hingga saraf seiring waktu.

 

Gejala awal diabetes pada anak ditandai dengan sering buang air kecil, cepat haus, lapar, lelah yang berlebih, dan banyak minum. Kendati meningkatnya asupan makanan dalam tubuh, akan tetapi berat badan anak sulit bertambah bahkan menurun cepat, serta gatal-gatal di lipatan ketiak atau sekitar kemaluan.

 

Menurut Deswita dalam buku ‘Diabetes Melitus Pada Anak dan Perawatannya’, diabetes terbagi menjadi dua tipe. Kedua tipe ini yaitu diabetes melitus (DM) tipe satu dan tipe dua.

 

DM tipe satu terjadi karena kadar insulin darah kurang dari normal akibat penurunan produksi insulin oleh pankreas. Sedangkan DM tipe dua terjadi akibat tubuh pasien resisten terhadap insulin atau insulin tidak berfungsi efektif walaupun kadarnya normal.

 

IDAI telah menciptakan standar untuk penanganan DM tipe satu dan dua untuk anak Indonesia. Ada lima pilar penanganan untuk DM satu, seperti injeksi insulin, pemantauan gula darah, pengaturan nutrisi, aktivitas fisik, dan edukasi.

 

Selanjutnya, penanganan DM tipe dua dititikberatkan pada modifikasi gaya hidup, seperti pengaturan diet dan aktivitas fisik. Gaya hidup inilah yang menjadi kunci penting dalam menangkal berbagai macam penyakit, tidak terkecuali DM dan gagal ginjal.