Jakarta Raya

Lakpesdam NU Jakarta Gelar Diskusi Bahas Peran Ormas dalam Penguatan Toleransi Beragama di Era Disrupsi

Senin, 18 November 2024 | 09:00 WIB

Lakpesdam NU Jakarta Gelar Diskusi Bahas Peran Ormas dalam Penguatan Toleransi Beragama di Era Disrupsi

Lakpesdam NU Jakarta Diskusi membahas Peran Ormas dalam Penguatan Toleransi Beragama di Era Disrupsi dan Digital di Gedung II Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Jalan TB Simatupang Jakarta Selatan, Ahad (17/11/2024). (Foto: Dok. Lakpesdam NU Jakarta)

Jakarta, NU Online Jakarta

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) DKI Jakarta menggelar Diskusi membahas Peran Ormas dalam Penguatan Toleransi Beragama di Era Disrupsi dan Digital. 


Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama, di Gedung II Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Jalan TB Simatupang Jakarta Selatan, Ahad (17/11/2024).


Ketua Lakpesdam NU DKI Jakarta KH Khalilurrahman menjelaskan bahwa perbedaan dan keragaman adalah keniscayaan maka peran ormas dan lembaga kajian harus selalu memberikan edukasi dan informasi yang benar dan berimbang kepada masyarakat.


"Karena kita tercipta untuk saling melengkapi dan menyempurnakan bukan untuk saling bermusuhan dan mempertentangkan akan keimanan kita masing-masing," ujar Kiai Khalil dalam keterangannya.


Ia juga mengucapkan terima kasih dan bersyukur kegiatan berjalan dengan sukses. Para peserta seminar juga aktif menyampaikan pendapat dan pandangannya terkait pentingnya toleransi beragama.


Sementara itu, Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif mengatakan Indonesia merupakan Negara beragam baik suku, ras, dan agama. Namun, keragaman ini bukan menjadi penghalang untuk selalu hidup rukun dan bertoleransi. 


Ia menjelaskan beberapa sikap dan tindakan yang mengarah ke potensi chaos harus dicegah dari akarnya. Berdasarkan gambaran masa lalu, adanya potensi konflik lebih diakibatkan pada perbedaan pandangan politik saat berlangsungnya pesta pemilu atau Pilkada. 


“Seharusnya pesta rakyat itu menggembirakan namun faktanya banyak diantaranya berpotensi konflik. Disarankan agar Pilkada langsung di tinjau ulang,” jelasnya.


Kepala Bidang Bina Lembaga Kerukunan Agama dan Lembaga Keagamaan Hery Susanto mengapresisasi kegiatan gebyar toleransi dan kerukunan yang diinisiasi oleh Lakpesdam NU DKI Jakarta.

 

Ia menilai kehadiran para tokoh lintas agama dan perwakilan ormas agar mempunyai perspektif yang sama pentingnya kerukunan dan toleransi di Indonesia berazaskan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.


“Agar tidak seperti Negara Yugoslavia yang sudah terpecah menjadi beberapa negara,” tuturnya.


Hery menerangkan dalam menyongsong kerukunan dan toleransi di Indonesia, PKUB yang merupakan Unit Eselon II Ortaker pada Kementerian Agama telah menyiapkan beberapa langkah strategis.


“Seperti penguatan regulasi, pemberdayaan lembaga, data base kerukunan, promosi perdamaian dan kerukunan serta penguatan jejaring internasional,” terangnya.

 

Tanggapan Tokoh Lintas Agama 


Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Informasi dan Komunikasi KH Rakhmad Zailani Kiki, memaparkan bahwa teknologi informasi melalui berbagai media online harusnya dapat menjadi sarana pemersatu dan mempererat kerukukan umat beragama.


“Bukan sebaliknya menjadi media saling serang dan saling hujat karena niat jahat oknum-oknum rente dengan mengemas acara atas nama agama padahal sebenarnya untuk dikomersilkan,” paparnya.


Ia mengambil contoh debat antar tokoh agama atau dalam forum tertentu dimana oknum ‘rente’ tersebut mencoba mencekoki masyarakat khususnya yang tidak mampu memahami pengetahuan keagamaan secara utuh atau yang berpikiran sempit.


“Sehingga menurut MUI DKI Jakarta perlu ada Satgas Cyber Kerukunan dalam mencegah dan menangkal virus tersebut,” ucapnya.


Lebih lanjut, Konferensi Waligereja Indonesia yang diwakili oleh Romo Agustinus Heri Wibowo pada kesempatan diskusi tersebut mengungkapkan bahwa wilayah iman dan hukum agama adalah wilayah private masing-masing umat beragama.


Namun, kata Romo Heri, implementasi keimanan dan nilai-nilai ajaran agama seseorang harus bergerak keluar menyebarkan nilai-nilai kedamaian, persaudaran dan cinta kasih antar sesama. 


“Seperti pepatah buat apa berteriak Tuhan-Tuhan sementara kita selalu berbuat kemungkaran (kejelekan) atau buat apa kita rajin ke gereja sementara tetangga kita selalu kita bertengkar dengan tetangga,” katanya.


“Maka berbuatlah kebajikan terus menerus baru mengharapkan pertolongan Tuhan dan berbuat baikkan terlebih dahulu kepada tetangga kita kemudian kita ikuti rajin ibadah ke gereja,” tambahnya.


Turut hadir pada kegiatan tersebut, seperti Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), MUI DKI Jakarta dan Badan Otonom NU DKI Jakarta.