• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 3 Mei 2024

Literatur

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Mahbub Djunaidi, Pendekar Pena dari Betawi

Mahbub Djunaidi, Pendekar Pena dari Betawi
Mahbub Djunaidi merupakan orang NU yang langka pada zamannya sekaligus pejuang yang pintar menulis. (Foto: NU Online).
Mahbub Djunaidi merupakan orang NU yang langka pada zamannya sekaligus pejuang yang pintar menulis. (Foto: NU Online).

Selain memiliki pendekar silat bernama Pitung, Betawi juga punya pendekar pena yaitu Mahbub Djunaidi. Pitung berjuang dengan gerak silat dan golok, sedangkan Mahbub Djunaidi berjuang dengan pemikiran dan mesin tik. Keduanya sama-sama membela rakyat kecil.


Chatibul Umam yang merupakan sahabat karib Mahbub, mengungkapkan bahwa Mahbub Djunaidi merupakan orang NU yang langka pada zamannya sekaligus pejuang yang pintar menulis. Bahkan Presiden Soekarno pun terkesan dengan tulisannya. Mahbub sampai diundang ke Istana Merdeka, karena Soekarno tertarik dengan tulisan Mahbub tentang Pancasila di Duta Masyarakat.


Maka sangat tepat jika pendekar pena disematkan kepada dirinya, karena ia mampu mengombinasikan tulisan satire dan humoris dengan kritik sosial. Mahbub bukan hanya seorang kolumnis, tetapi juga seorang sastrawan, wartawan, kolumnis, agamawan, dan organisatoris.


Karyanya pun recommended atau sangat direkomendasikan untuk dibaca semua kalangan. Bahkan tulisannya pun masih sangat relevan dengan keadaan Indonesia saat ini. Maka jika ingin bisa menulis kritik tetapi dengan satire dan humoris, harus belajar dari sang pendekar pena, Mahbub Djunaidi.


Mahbub Djunaidi lahir di Jakarta pada 27 Juli 1933. Ayahnya bernama Kiai Djunaidi. Ketika perang revolusi mempertahankan kemerdekaan, Mahbub bersama keluarganya mengungsi ke Solo. Pengalamannya ketika mengungsi itu, tertuang dalam novel Dari Hari ke Hari. Nah novel tersebut menjadi pemenang dalam sayembara mengarang roman yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada 1974. Sebuah ajang bergengsi dalam dunia kesusastraan Indonesia.


Dikutip dari Ensiklopedia Sastra Indonesia Kemendikbud, minat Mahbub Djunaidi di bidang politik dan keorganisasian sudah muncul sejak remaja. Ketika berusia 19 tahun, ia menjadi Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) dan anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Ia juga merupakan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang pertama (1960-1967) dan Ketua Gerakan Pemuda Ansor. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Wakil Sekjen Nahdlatul Ulama (1970-1979), Wakil Ketua I PBNU (1984-1989), dan wakil NU di DPR-GR/MPRS (1977-1982).


Minat Mahbub terhadap dunia tulis menulis sudah tumbuh sejak kecil. Pada 1948, ketika masih SMP karyanya sudah dimuat di majalah Sahabat yang merupakan majalah anak-anak terbitan Balai Pustaka. Lalu ketika SMA, syairnya dimuat dalam majalah Pemuda Masyarakat dan Siasat yang diasuh Rosihan Anwar.


Cerita pendeknya juga tersebar dalam berbagai majalah terkenal kala itu seperti Siasat dan Kisah. Bahkan ia terkenal sebagai cerpenis produktif dalam kurun waktu 1954-1958. Bahkan HB Jassin, tokoh sastra yang masyhur itu memujinya sebagai pengarang yang memiliki gaya asli, tercipta dari pengalamannya sebagai wartawan, tulisannya merupakan campuran antara jurnalistik dan sastra.


Dalam dunia jurnalistik, tercatat ia pernah menjadi Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat (1960—1970), Wakil Ketua PWI Pusat (1963), dan Ketua Umum PWI Pusat (1965—1970). Lalu Sejak 23 November 1986 hingga 8 Oktober 1995, ia menjadi kolumnis tetap pada rubrik Asal Usul di Harian Kompas.


Sebagai pendekar pena dari Betawi, ia juga menulis tentang Betawi, salah satunya di Kompas pada 16 Oktober 1988. Tulisan itu juga terdapat di buku Asal Usul, halaman 234. Isinya tentang apa yang disebut tentang Betawi, tentu saja dengan gaya tulisannya yang satire dan humoris.


Setelah banyak sekali pengabdiannya, pada akhirnya pendekar pena dari Betawi itu berpulang ke pangkuan ilahi di Tanah Parahyangan, di kediamannya Jalan Taman Karawitan, Bandung pada 1 Oktober 1995.


Berikut Daftar Buku Mahbub Djunaidi:

1. Humor Jurnalistik
2. Kolom Demi Kolom
3. Asal-Usul
4. Cakar-cakar Irving (Terjemahan)
5. Pergolakan umat Islam di Filipina Selatan (Liputan jurnalistik)
6. Angin Musim
7. Politik Tingkat Kampus
8. 100 Tokoh Pengaruh dalam Sejarah (Terjemahan)
9. Binatangisme (Terjemahan)
10. Dari Hari ke Hari


Artikel di atas merupakan karya dari Malik Ibnu Zaman, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta.


Literatur Terbaru