Opini

Mengapa Generasi Salaf Tidak Merayakan Maulid Nabi?

Rabu, 18 September 2024 | 09:00 WIB

Mengapa Generasi Salaf Tidak Merayakan Maulid Nabi?

Rasulullah Muhammad saw. (Ilustrasi: NU Online)

Merayakan kelahiran Nabi Muhammad (maulid) adalah salah satu bentuk syukur seorang hamba kepada Allah. Selain rasa syukur, perayaan Maulid Nabi merupakan ekspresi kecintaan umat kepada Nabi Muhammad sebagai kekasih Allah dan membawa Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

 

Perayaan Maulid Nabi biasa dilakukan oleh umat Islam Indonesia dengan berbagai hal, seperti membaca biografi Nabi, bersedekah, mengadakan kajian, memperbanyak shalawat dan lain semacamnya.


Sebagian kalangan mempertanyakan, mengapa di zaman generasi salaf atau generasi terdahulu tidak pernah merayakan Maulid Nabi? Memang benar bahwa di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersama para sahabanya tidak pernah memperingati Maulid Nabi. Begitu juga di zaman sahabat Nabi, di zaman tabi’in, tabi’it tabi’in dan imam-imam mazhab juga tidak ada peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

 

Mengapa tidak ada? Apakah mereka tidak mencintai Nabi?. Justru karena jarak mereka yang dekat, itulah mereka berhubungan langsung, bertemu langsung dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sehingga tidak memerlukan momentum lagi dan tidak memerlukan seremonial lagi untuk mengingatkan, untuk me-recharge cinta terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.


Ini menjadi tidak perlu karena mereka bertemu generasi sahabat, generasi tabi’in, generasi tabi’it tabi’in. ketiga generasi inilah yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai 3 generasi terbaik melalui haditsnya yaitu:

 

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ 

Artinya, “Manusia terbaik adalah manusia yang hidup pada masaku (Nabi Saw), kemudian generasi setelahnya, setelah itu generasi berikutnya.” (HR: Al-Bukhari)

 

Melalui sabdanya ini, Nabi Muhammad menyebutkan sebaik-baiknya masa itu adalah masaku (Nabi Muhammad), artinya masa sahabat Nabi. Kemudian masa atau generasi yang mengikuti setelah itu generasi tabi’in  dan kemudian generasi yang mengikuti generasi tabi’in yaitu generasi tabi’it tabi’in. itulah generasi yang terbaik dalam Islam.


Jadi, mereka tidak memerlukan seremonial lagi, tidak memerlukan momentum lagi  untuk mencintai Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Berbeda dengan kita yang sudah terpisah kurang lebih 1400 tahun kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Oleh karena itu kita memerlukan momentum, seperti kita mengingat jasa pahlawan saja perlu momentum walaupun kita harus selalu bersyukur, harus mengingat jasa para pahlawan yang telah memerdekakan bangas kita setiap harinya. Kita memerlukan momentum untuk mengingatnya yaitu, 17 Agustus 1945.

 

Walaupun kita mencintai Nabi Muhammad, meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam itu kita lakukan setiap hari, tetapi kita perlu momentum untuk mengingatkan kembali, mengingatkan kita sebagai umat Nabi Muhammad dan untuk kembali mencintai Nabi Muhammad. Wallahu a’lam.


Ustadz Muhammad Imaduddin, Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Jakarta Utara.