Syariah

Ketentuan Zakat Fitrah di Bulan Ramadhan

Selasa, 25 Maret 2025 | 10:00 WIB

Ketentuan Zakat Fitrah di Bulan Ramadhan

Ilustrasi zakat fitrah. (Foto: NU Online)

Puasa Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir, menandakan bahwa bulan Syawal akan datang. Masyarakat banyak melakukan itikaf dan kegiatan ibadah lainnya untuk mencari malam Lailatul Qadar. 


Selain itu, masyarakat juga bersiap-siap untuk membayar zakat fitrah sebelum Ramadhan usai. Lalu bagaimana ketentuan zakat fitrah yang harus ditunaikan?

 

Kewajiban membayar zakat berangkat dari hadits nabi Saw yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas. 

 

فَرَضَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى، وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ

 

Artinya: Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fitrah dengan satu sha' kurma atau satu sha' gandum bagi setiap muslim, baik budak maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan ditunaikan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan salat id. (H.R. Bukhari).

 

Bahwa hukum membayar zakat fitrah ialah wajib bagi setiap muslim, berlaku untuk bayi dan anak kecil. Selain membersihkan orang berpuasa dari perilaku buruk, itu juga membantu meringankan beban orang-orang miskin.  

 

Terdapat syarat tertentu dalam menunaikan ibadah zakat. Pertama, beragama Islam, merdeka (bukan hamba sahaya), memiliki kesediaan makanan pada saat idul Fitri, baik siang ataupun malamnya. Tiga syarat di atas berlaku bagi laki-laki dan perempuan. 

 

Membayar zakat diwajibkan bagi mereka yang menjumpai bulan ramadhan dan syawal. Maka bayi yang lahir ketika bulan Syawal atau seseorang yang meninggal pada bulan Ramadhan -belum menjumpai bulan Syawal- maka tidak diwajibkan zakat bagi mereka.

 

فتخرج عمن مات بعد الغروب دون من ولد


Maka membayar zakat bagi mereka yang meninggal setelah terbenamnya matahari -akhir ramadhan memasuki awal syawal-, tapi tidak wajib bagi mereka yang lahir pada malam pertama Syawal. (Imam Nawawi, Minhajut Thalibin, {Dar El-Fikr, Beirut: 2005}, halaman 70).

 

Adapun waktu membayar zakat dapat ditunaikan di waktu berikut. 

 

Wajib: diwajibkan membayar zakat tatkala matahari terbenam di hari terakhir Ramadhan dan awal masuk bulan Syawal. 

 

Mubah: diperbolehkan mengeluarkan zakat fitrah sejak masuk awal Ramadhan hingga sebelum shalat Ied Fitri. 

 

Sunnah: seseorang dapat mengeluarkan zakat fitrah sejak malam akhir ramadhan, sampai sebelum melaksanakan shalat Ied, tepatnya setelah shubuh.

 

Makruh: Makruh jika seseorang mengeluarkan zakat fitrah tepat setelah shalat Ied Fitri selesai dikarenakan adanya udzur. 

 

Haram: jika seseorang membayar zakat fitrah sehari setelah shalat Ied Fitri selesai. 

وَصَرَّحَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَغَيْرُهُ بِأَنَّ الْأَفْضَلَ إخْرَاجُهَا يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيُكْرَهُ تَأْخِيرُهَا عَنْ الصَّلَاةِ (وَيَحْرُمُ تَأْخِيرُهَا عَنْ يَوْمِهِ) أَيْ الْعِيدِ بِلَا عُذْرٍ كَغَيْبَةِ مَالِهِ أَوْ الْمُسْتَحِقِّينَ لِفَوَاتِ الْمَعْنَى الْمَقْصُودِ، وَهُوَ إغْنَاؤُهُمْ عَنْ الطَّلَبِ فِي يَوْمِ السُّرُورِ، فَلَوْ أَخَّرَ بِلَا عُذْرٍ عَصَى وَقَضَى لِخُرُوجِ الْوَقْتِ عَلَى الْفَوْرِ لِتَأْخِيرِهِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ


Al-Qadhi Abu Thayyib dan lainnya menjelaskan bahwa waktu paling afdhol membayar zakat adalah hari idul fitri (malam terkahir bulan ramadhan dan awal bulan Syawal) dan Makruh membayar zakat fitrah setelah shalat idul fitri selesai, dan haram membayarnya sehari setelah shalat Ied tanpa adanya udzur, seperti kehilangan harta atau tidak adanya Mustahik, sehingga hilang tujuan dari zakat, yaitu tidak adanya orang yang meminta di hari Ied Fitri. Jika ia mengakhirkan membayar zakat tanpa adanya udzur, maka berdosa dan harus mengqadhanya karena sudah keluar waktu yang ditentukan dan mengakhirkannya tanpa adanya udzur. (Al-Khatib As-Syarbini, Mughni Muhtaj, {Dar Kotob Ilmiyah, Beirut: 1994} Juz II, halaman 102).

 

Takaran membayar zakat fitrah


Dalam syariat Islam dijelaskan bahwa zakat fitrah ditunaikan dengan takaran 1 sha atau 2.5 kg atau 3.5 liter makanan pokok perorang. Adapun bagi masyarakat Jakarta, maka dapat menggunakan beras dengan takaran di atas. 

 

Adapun untuk pembayaran zakat fitrah menggunakan uang yang ditetapkan Baznas RI adalah Rp.47.000 sesuai dengan takaran beras 2,5 kg atau 3,5 liter beras premium untuk wilayah Jabodetabek.


Takaran zakat fitrah nantinya akan disalurkan kepada 8 golongan penerima zakat. Di antaranya, orang-orang fakir, miskin, Amil zakat, mu’allaf, budak, orang-orang yang berhutang, fisabilillah, dan orang berjalan jauh bukan untuk kemaksiatan. Sebagaimana yang tercatat dalam Alquran surat At-Taubah ayat 60.

 

۞ اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلۡفُقَرَآءِ وَالۡمَسٰكِيۡنِ وَالۡعٰمِلِيۡنَ عَلَيۡهَا وَالۡمُؤَلَّـفَةِ قُلُوۡبُهُمۡ وَفِى الرِّقَابِ وَالۡغٰرِمِيۡنَ وَفِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَابۡنِ السَّبِيۡلِؕ فَرِيۡضَةً مِّنَ اللّٰهِؕ وَاللّٰهُ عَلِيۡمٌ حَكِيۡمٌ‏  

 

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (QS. At-Taubah: 60)