Jakarta Pusat

Konco Kental: Rahasia Penggerak Perubahan dalam Tubuh NU

Sabtu, 10 Mei 2025 | 18:45 WIB

Konco Kental: Rahasia Penggerak Perubahan dalam Tubuh NU

Gusdurian Bekasi Aru Lego Triono saat menjadi narasumber kegiatan silturahmi kader PMII Rayon Perjuangan Bung Hatta, Sabtu (10/5/2024). (Foto: NU Online/Sintia)

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta

Gusdurian Bekasi Aru Lego Triono mengungkapkan istilah "konco kental" dalam menggerakkan organisasi, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya, "konco kental" adalah salah satu contoh gaya organisasi yang dimiliki anggota Gusdurian.

 

Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan RTL (Rapat Tindak Lanjut) dan silaturrahmi kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Persiapan Perjuangan "Bung Hatta" Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) yang berlangsung pada Sabtu (10/5/2025).


"Disebutnya 'konco kental', bukan 'konco kento', yang mampu menggerakkan orang lain. Inilah mengapa di Gusdurian, kita menyebutnya bukan pengurus atau ketua, tapi penggerak Gusdurian," ungkap Aru Lego Triono dengan penuh semangat.


Dalam paparannya, Aru menekankan bahwa ketika seorang penggerak tidak bergerak, maka yang terjadi adalah keterdiaman dalam organisasi. Ia mengajak para peserta untuk merenungkan sosok-sosok pemimpin NU terdahulu yang mampu menggerakkan massa dengan efektif.

 

"Bayangkan pemimpin-pemimpin NU seperti Gus Dur, Mahbub Junaidi, dan pemimpin-pemimpin NU sebelumnya dan sekarang. Mereka adalah orang-orang tua kita yang dahulu bisa menggerakkan massa secara luar biasa," jelasnya.


Aru mencontohkan Resolusi Jihad yang terjadi di masa lalu ketika belum ada teknologi seperti WhatsApp. 


"Bagaimana caranya bisa menyatukan santri dan kiai untuk berperang ke Surabaya? Dengan ketongan," ujarnya, mengingatkan pada metode komunikasi tradisional yang efektif pada masanya.

 

Menurut Aru, faktor utama keberhasilan para pemimpin terdahulu adalah karisma dan dedikasi mereka untuk kepentingan bersama.


 "Itu karena ada hero dan karismatiknya pemimpin, sehingga apa kata pemimpin, orang akan mengikutinya. Pemimpin yang memiliki gambaran untuk kebaikan bersama akan dikenang sepanjang masa," tegasnya.

 

Sebaliknya, Aru memperingatkan bahwa pemimpin yang hanya memikirkan kepentingan pribadi akan segera dilupakan setelah masa jabatannya berakhir.


 "Pemimpin yang ketika menjabat tidak memiliki pikiran untuk kebaikan bersama, selesai jadi pemimpin, dia selesai. Tidak dikenang, bahkan mungkin dipermasalahkan jasanya," ujarnya.

Aru juga menyampaikan pentingnya nilai dan prinsip moral bagi seorang pemimpin. 


"Nilai itu seperti dalam komputer, sesuatu yang selalu penting dalam software, bukan casing luarnya. Nilai seperti ketuhanan memang masih abstrak, tapi menjadi konkret ketika sesuai dengan tindakan," ujarnya.


Sebagai informasi, Kegiatan RTL dan silaturrahmi kader PMII Rayon Persiapan Perjuangan "Bung Hatta" dihadiri oleh para kader baru dan senior organisasi.