Jakarta Pusat

PMII Diharapkan Cetak Kader Multitalenta, Tak Hanya Politisi

Ahad, 11 Mei 2025 | 09:00 WIB

PMII Diharapkan Cetak Kader Multitalenta, Tak Hanya Politisi

Gusdurian Bekasi Aru Lego Triono di acara Silaturrahmi Keluarga Besar Pengurus Rayon PMII Perjuangan "Bung Hatta" yang diselenggarakan pada Sabtu (10/5/2025). (Foto: NU Online/Sintia)

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta

Gusdurian Bekasi Aru Lego Triono menyampaikan kritik membangun terhadap Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam kegiatan RTL dan Silaturrahmi Keluarga Besar Pengurus Rayon PMII Perjuangan "Bung Hatta" yang diselenggarakan pada Sabtu (10/5/2025).

 

Dalam paparannya, Aru yang berbicara sebagai pihak luar PMII mengkritisi pola kaderisasi organisasi yang dinilai terlalu fokus pada pembentukan politisi, sementara potensi anggota di bidang lain kurang mendapatkan perhatian.


"Kenapa PMII selama ini cuma mencetak politisi di negeri ini? Kenapa tidak mencetak kader yang multitalenta seperti aktivis yang juga penulis dan penyair, dimana semua potensi bisa berjalan bersamaan?" ujar Aru dalam forum silaturrahmi tersebut.

 

Ia mengamati bahwa diskusi-diskusi dalam organisasi kemahasiswaan Islam tersebut cenderung terpaku pada tema politik. Menurutnya, PMII perlu mendorong anggotanya untuk mengembangkan keterampilan dan bakat lain yang dimiliki.


"Kita punya kebisaan, kita punya keterampilan. Kenapa tidak itu yang kita perdalam? Ada yang jago nyanyi, yang seperti itu bisa tidak para pemimpin PMII merawat kadernya?" tambahnya.


Selain itu, Aru juga menyoroti pola kepemimpinan yang menurutnya terlalu ketua sentris, tidak hanya di PMII, tetapi juga di berbagai organisasi di lingkungan NU. Ia mencontohkan bagaimana media sosial organisasi seringkali hanya menampilkan ketua umum pada perayaan hari besar.


"Itu tidak menggambarkan bahwa pemimpin bisa mengayomi anggotanya, kadernya. Lihatlah media sosial resmi organisasi, setiap hari besar pasti yang tampil hanya ketua umum, atau maksimal ada sekretaris dan bendahara," kritiknya.


Lebih lanjut, Aru menyarankan agar organisasi lebih inklusif dalam representasi kepemimpinannya. Ia membandingkan dengan praktik di media massa seperti NU Online yang tidak hanya menampilkan pemimpin redaksi.

 

"Ini refleksi untuk kita semua. Kalau jadi ketua, jadi sekretaris, jadi pimpinan, kurangi hal-hal seperti itu," pesannya kepada para peserta silaturrahmi.

 

Dalam kesempatan tersebut, Aru juga menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki visi dan program yang jelas. 
 

"Pemimpin kalau tidak punya rencana dan program, apa yang bisa diharapkan?" tutupnya.