• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Selasa, 30 April 2024

Opini

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Menggagas Islam Moderat: Solusi Dalam Membangun Peradaban

Menggagas Islam Moderat: Solusi Dalam Membangun Peradaban
Ilustrasi Islam (Foto: Freepik.com).
Ilustrasi Islam (Foto: Freepik.com).

Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan kasih sayang, islam memiliki peran penting dalam membangun peradaban yang berkelanjutan dan harmonis. Namun, sangat disayangkan ketika pada kenyataanya gambaran tentang islam sering kali diputarbalikan oleh kelompok-kelompok ekstrimis yang memperlihatkan sisi kekerasan dan intoleransi. Hal ini tentu merugikan umat muslim sendiri serta merugikan citra islam di mata dunia.


Dilansir dari situs CNN Indonesia, Moeldoko merujuk pada data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan menyataka bahwa ada kemungkinan meningkatnya potensi radikalisme di Indonesia terutama pada tahun politik 2023-2024. Salah satu penyebab meningkatnya radikalisme ini disebabkan karena dinamika politik dan politik identitas yang muncul menjelang pemilu. Hal ini tentu akan menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia.


Oleh karena itu, mengagas islam moderat menjadi solusi dalam membangun peradaban yang berlandaskan kebaikan dan perdamaian. Islam moderat adalah konsep islam yang menekankan pada pentingnya menjaga keseimbangan antara ajaran agama dengan tuntutan kehidupan modern. Konsep islam moderat ini juga mendorong umat islam untuk mengambil sikap tengah (tawasuth) dalam berbagai aspek kehidupan. 


Cakupan islam moderat bukan hanya pada aspek agama, melainkan juga mencakup aspek sosial, politik dan budaya. Islam moderat juga menempatkan kebebasan beragama dan hak asasi manusia sebagai nilai yang utama.

 
Pentingnya konsep islam moderat dalam membangun peradaban tidak bisa dipungkiri. Konsep ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah sosial, politik dan ekonomi yang terjadi di lingkungan islam di berbagai negara. Konsep ini memberikan pendekatan yang terbuka dan inklusif, yang memungkinkan dialog antar budaya, agama, dan etnis. 


Dalam islam moderat, pluralisme dihargai dan dianggap sebagai sumber kekayaan budaya dan peradaban. Dengan menjadikan islam moderat sebagai pijakan utama, umat islam bisa mengambil langkah-langkah yang lebih bijak dan berkelanjutan dalam membangun peradaban. 


Di era globalisasi dan teknologi, islam moderat menjadi solusi untuk membangun peradaban yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam konsep ini, islam mempromosikan pendidikan dan pengetahuan sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan, sehingga umat islam dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi bagian dari masyarakat yang maju dan modern. Dalam pandangan islam moderat, manusia ditempatkan sebagai bagian terpenting dalam keberlangsungan peradaban dan mendorong partisipasi aktif dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan harmonis.


Namun, mengagas islam moderat bukanlah sebuah hal yang mudah. Dibutuhkan usaha yang keras dan komitmen yang tinggi dari seluruh umat islam untuk menjadikan konsep ini sebagai pijakan utama dalam membangun peradaban. Selain itu, dibutuhkan juga dukungan dari pemerintah dan masyarakat internasional untuk memperkuat konsep ini. 


Selain pemerintah dan masyarakat, organisasi keagamaan juga dianggap mampu memainkan peran penting dalam proses penggagasan islam moderat. Didirikannya organisasi keagamaan baik di tingkat daearah maupun tingkat nasional, juga diharapkan menjadi upaya untuk memperkuat umat dalam melakukan counter hegemony terhadap ekstrimisme. Salah satu dari organisasi keagamaan tersebut yaitu adanya NU yang dinilai telah berperan dalam proses pembangunan bangsa, bahkan jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Saat itu, organisasi NU menjadi garda terdepan dalam menerima pancasila sebagai dasar negara ditengah banyaknya umat muslim yang mendesak untuk menjadikan islam sebagai dasar negara. Selain itu, organisasi islam lain yang terbentuk untuk mempromosikan islam moderat adalah organisasi Internasional Center for Islam and Pluralism (ICIP) di Jakarta, organisasi yang didirikan pada tahun 2001. ICIP melakukan berbagai kegiatan dan program yang bertujuan untuk memperjuangkan HAM dan kebebasan beragama. Organisasi ini juga memiliki program pengembangan jaringan antar lembaga Islam moderat di Asia Tenggara.


Dalam rangka menggagas islam moderat, umat islam perlu memperkuat pendidikan agama yang lebih terbuka dan inklusif. Pendidikan agama yang baik dan benar bisa membantu umat islam mengambil sikap yang moderat dalam kehidupan sehari-hari. Diantara upaya untuk menumbuhkan islam moderat ini adalah, pertama, menyingkap dimensi antroposentris doktrin-doktrin keagamaan. Teologi yang selama ini hanya mengunggulkan dimensi langit hendaknya mengangkat dimensi bumi hingga mendorong terciptnya kekuatan civil society yang menghendaki perubahan dari masyarakat.


Kedua, melakukan penafsiran yang emansipatoris. Tafsir terhadap doktrin-doktrin keagamaan harus mampu membebaskan dari penindasan, memihak kaum tertindas, serta mendorong pada pluralisme, demokrasi dan HAM. 


Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya mengagas Islam moderat sangat penting dalam meminimalisir adanya tindak radikalisme serta dapat menjadi solusi untuk membangun peradaban yang lebih maju khususnya peradaban Islam di negara Indonesia. Banyak sekali pihak yang bisa ikut berperan aktif dalam mensukseskan Islam moderat ini, mulai dari lembaga pemerintahan, organisasi hingga kalangan masyarakat umum. 


Sumber:


(n.d.), I. (2023, Mei). About ICIP. Diakses pada 11 Mei 2023 dari https://icip.or.id/about-icip/
Ahmad, S. (2018). Islam and Pluralism: An appraisal of Islam and pluralism (ICIP). Jurnal Studi Islam, 191-218.
Amal, M. K. (2018). Membendung Arus Radikalisme Agama. Jember: STAIN Jember Press.
dhf. (2022, Oktober Kamis). CNN Indonesia. Diakses pada 11 Mei 2023 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221020130618-32-863152/moeldoko-radikalisme-meningkat-2023-2024


Artikel di atas merupakan karya dari Sulis Yutrisna, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta.


Opini Terbaru