• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 2 Mei 2024

Dari Betawi

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Meningkatkan Pemahaman Beragama Lewat Khataman Shahih Bukhari

Meningkatkan Pemahaman Beragama Lewat Khataman Shahih Bukhari
Ilustrasi: Kegiatan Khataman Shahih Bukhari (foto: Rabithah).
Ilustrasi: Kegiatan Khataman Shahih Bukhari (foto: Rabithah).

Siapa diantara kita yang tidak mengenal sosok ulama legendaris imam Bukhari? Namanya yang masyhur akan sering kita jumpai di kitab-kitab dari seluruh cabang ilmu dalam islam. Kitab Fiqih? Pasti kita akan berjumpa sama hadits-hadits riwayat beliau. Kitab tasawuf? Pasti ada juga nama beliau di kitab-kitab tasawuf.


Kalau kitab-kitab Akidah? Jawabannya simple, pasti ada. Tapi kenapa nama beliau ini selalu ada di mana-mana ya? Jawabannya tidak lepas dari magnum opus atau mahakarya beliau yang berjudul 'Al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah ﷺ wa Sunanihi wa Ayyamihi' Atau sering kita sebut sebagai "Shahih Bukhari."


Kitab ini adalah kumpulan hadits-hadits yang Imam Bukhari himpun selama 16 tahun dan memuat kurang lebih 9.082 buah hadits. Hebatnya, menurut Ibnu Shalah (pakar hadits) lebih dari setengah hadits yang dimuat kitab ini (sekitar 7.257 buah hadits) diantaranya adalah hadits shahih atau hadits yang memiliki kualitas terbaik secara kualitas dan validitas.


Itulah yang membuat Kitab ini istimewa bahkan dijuluki sebagai Kitab tersuci nomor dua setelah Al-Qur'an. Saking istimewanya Kitab ini, beberapa ulama Jakarta membuat sebuah event khusus yakni Khataman Shahih Bukhari. Budaya ini biasanya rutin diadakan oleh beberapa majelis taklim besar di Jakarta setiap bulan Rajab. Meski budaya ini masih terdengar asing di kalangan muslim Indonesia, sebenarnya ini bukan budaya baru loh!


Menurut ulama besar Abdul Qadir bin Syekh Abdullah al-Idrus, acara Khataman Kitab Shahih Bukhari sudah ada sejak zaman kerajaan Habasyah kala dipimpin oleh seorang Raja muslim yang bernama Al-Fakhakhan pada tahun 974 H. Pada masa itu Al-Fakhakhan mengundang para ulama dan masyarakat untuk membaca kitab Shahih Bukhari secara bersama-sama hingga selesai.


Sedangkan untuk di Nusantara sendiri, menurut Habib Ahmad bin Novel bin Jindan (pimpinan ponpes Al-Fachriyah Tangerang), Budaya ini masuk ke Nusantara lewat sosok ahli hadits yang bernama Habib Abdurrahman bin Sulaiman al-Ahdal yang membawa budaya ini dari kawasan Hadramaut, Yaman. Habib Ahmad bin Novel menambahkan pada masa itu para ulama berkumpul selama kurang lebih 2 minggu untuk membaca seluruh isi Kitab Shahih Bukhari.


Di Jakarta, budaya ini dipopulerkan oleh ulama karismatik Al-Maghfurlah Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsy atau lebih dikenal sebagai Habib Ali Kwitang. Pendiri Islamic Center Indonesia Kwitang ini mengajarkan para muridnya untuk mengkhatamkan Shahih Bukhari di bulan Rajab sehingga melalui para muridnya inilah budaya ini dapat tersebar ke seluruh daerah Jakarta dan sekitarnya.


Untuk pelaksanaan nya, beda tempat beda pula tata caranya. Ada beberapa majelis taklim yang menamatkan Kitab ini dalam beberapa hari atau beberapa minggu, adapula yang menamatkan nya hanya dalam sehari semalam. Meski demikian, pembacaan Kitab Shahih Bukhari ini tidak dilakukan secara asal,melainkan dilakukan secara khusyu dan diselingi dengan kajian bedah hadits yang terdapat dalam Kitab tersebut sehingga tidak hanya sekedar membaca namun melalui kegiatan budaya ini diharapkan jama'ah bisa memperdalam ilmu keislamannya.


Menurut Habib Muhammad Husien Al-Habsyi 'Solo', alasan utama membudayakan kegiatan khataman ini adalah memperkuat keimanan dan identitas umat. "Kitab Sahih Al-Bukhari merupakan identitas bagi kelompok Ahlusunnah wal Jamaah," ujar Habib Muhammad Husein Al-Habsyi disadur dari sindonews.com.


Demikianlah sekilas tentang budaya khataman kitab Shahih Bukhari setiap bulan Rajab. Meski mungkin terdengar asing bagi sebagian dari kita, nyatanya kegiatan ini sudah berjalan sejak zaman ulama salafus shalih. Besar harapan agar budaya kaya makna ini dapat tersyiar lebih luas sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat islam.

Artikel di atas merupakan karya dari Ilham Prima Pangestu, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online. 


Dari Betawi Terbaru