• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 2 Mei 2024

Dari Betawi

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Bir Pletok: Wujud Religiusitas Masyarakat Betawi pada Masa Kolonial Belanda

Bir Pletok: Wujud Religiusitas Masyarakat Betawi pada Masa Kolonial Belanda
Ilustrasi: Bir Pletok (Foto: NU Online Jakarta).
Ilustrasi: Bir Pletok (Foto: NU Online Jakarta).

Sudah santer di masyarakat bahwa kuliner khas Betawi sarat akan akulturasi. Hal ini karena di masa lampau, interaksi antar etnik dan bangsa berlangsung begitu kuat di Batavia. Sebut saja laksa, hungkue, mie juhi serta sayur godok Betawi yang ternyata merupakan hidangan hasil adaptasi dari budaya Cina. Begitu pula kue kamir dan kue abug yang mencirikan penganan khas Arab. Selain itu, budaya Eropa pun turut memengaruhi khazanah kuliner Betawi. Diantara kuliner Betawi yang mengadaptasi budaya Eropa yakni kue cubit, semur daging dan bir pletok.


Ada yang menarik ketika mendengar nama bir pletok—salah satu kuliner Betawi hasil akulturasi dengan tradisi Eropa yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini karena kata bir yang berasal dari bahasa latin bibere tersebut masuk ke dalam golongan minuman keras. Menurut KBBI sendiri, bir merupakan minuman mengandung alkohol yang dibuat dengan peragian lambat. Sejarah mencatat bir sudah dinikmati sejak zaman kuno, memperlihatkan peradaban manusia yang gemar mabuk sejak dulu. Aktivitas tersebut tentu bertentangan dengan norma-norma keislaman yang dianut mayoritas masyarakat Betawi sendiri. Lantas, mengapa mereka mengadaptasi kuliner satu ini?


Kendati dinamakan bir, ternyata bir pletok berbeda dengan bir pada umumnya. Sejarah bir pletok di tanah Betawi berangkat dari kebiasaan masyarakat Betawi yang kerap mengamati dan meniru rutinitas orang Belanda menyesap wine. Jadilah mereka turut membuat minuman serupa tapi tak sama.


Bir pletok lahir sebagai minuman khas Betawi dengan warna merah dan menghasilkan efek hangat di tubuh layaknya wine, namun tidak mengandung alkohol di dalamnya.


Adapun makna kata pletok sebagai pelengkap memiliki beberapa versi. Pertama, kata pletok dianggap merujuk pada bunyi ketika membuka botol wine. Kedua, kata tersebut dianggap merujuk pada bunyi yang keluar dari tabung bambu hasil pencampuran bahan-bahannya. Selain itu, ada pula yang beranggapan bahwa kata pletok merujuk pada bunyi buah secang tua berwarna hitam saat bijinya dibuang dan dipukul.


Bir pletok adalah satu-satunya bir yang mengantongi sertifikat halal MUI. Kendati dalam Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 tentang Standarisasi Fatwa Halal terdapat larangan mengonsumsi makanan/minuman yang menggunakan nama dan/simbol yang mengarah pada kekufuran dan kebatilan, bir pletok tetap bisa disertifikasi tanpa harus mengganti nama. Hal ini karena secara hukum (adat istiadat), kata bir pada bir pletok tidak diasosiasikan dengan produk haram manapun.


Berbeda dengan bir 0% alkohol lain yang beredar di pasaran, bir-bir tersebut tidak dapat mengantongi sertifikat halal. Karena meskipun bir tersebut tidak mengandung alkohol dan tidak memabukkan, minuman satu itu tetap mengarah pada hal-hal haram dari segi rasa dan lain sebagainya.


Selain halal, bir pletok juga thayyib dikonsumsi. Bir pletok terbuat dari berbagai jenis rempah seperti jahe, cengkeh, daun pandan wangi, pala, kapulaga, kayu manis dan serai. Tidak lupa kayu secang ditambahkan agar warnanya menarik perhatian. Rempah-rempah tersebut tentu membuat minuman satu ini mampu menghangatkan tubuh, meredakan gejala flu, memperlancar peredaran darah dan memberikan berbagai manfaat lainnya.


Kehadiran bir pletok merupakan wujud religiusitas masyarakat Betawi pada masa kolonial Belanda. Karena para pribumi saat itu memodifikasi minuman bangsa lain menjadi minuman yang tidak menghilangkan identitas mereka sebagai muslim. Muslim yang taat pada Tuhannya dengan mengutamakan prinsip untuk terus mengonsumsi makanan atau minuman halalan thayyiban.


Artikel di atas merupakan karya dari Annisa Azzahra Medina, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online. 


Dari Betawi Terbaru